Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Maaf Ga, tapi gue gak bisa.. lo tau kan kita udah temenan dari kecil. Dari umur dua tahun. Dan lagi, ini terlalu mendadak buat gue" Karin menggigit bibir bawahnya cemas.
Tak menyangka bahwa hal ini juga terjadi pada dirinya.
Ternyata benar, tidak ada pertemanan yang murni antara seorang perempuan dan laki-laki.
Aga mengembuskan napas. Sedari tadi ujung kakinya tak berhenti mengetuk ngetuk ke lantai.
Sudah lama ia memendam perasaan itu. Sejak Karin merasakan patah hatinya untuk yang pertama kali. Aga akhirnya menyadari, bahwa tidak hanya sekedar rasa sayang kepada sahabat yang ia miliki di hatinya untuk Karin.
Karin yang saat itu menangis tersedu, menumpahkan semua kesedihannya dalam pelukan Aga. Membuat Aga bertekad untuk selalu berada disisi Karin, menjaganya agar tak ada siapapun lagi yang berani menyakiti gadis manis berambut sebahu itu.
"Gue tau Rin, gue tau resikonya sebelum gue ngungkapin ini sama lo. Gue gak minta lo bales perasaan gue. Gue cuma pengen lo tau kalo perasaan sayang gue ke lo itu lebih dari sahabat."
Tak ada jawaban apapun dari Karin. Gadis itu sibuk dengan isi kepalanya sendiri.
"Gue cabut." Ucap Aga, meninggalkan ruang tamu rumah karin dengan suasana canggung.
Hingga malam menjelang, pikiran gadis itu dipenuhi dengan ucapan Aga yang tiba-tiba mengungkapkan perasaan padanya.
Ia menatap wallpaper ponselnya. Foto mereka bertiga terpanjang disana. Ada Aga, Karin, dan Yugo.
Perasaannya semakin tidak karuan. Karin takut, takut Aga menjauh darinya.
Hingga tiga hari kemudian, mereka bertemu di taman dekat rumah.
Karin duduk sendirian diayunan, menunggu kedatangan Aga dari 15 menit yang lalu.
"Sorry, gue telat." Aga mengambil alih ayunan disamping Karin.
Gadis itu hanya mengangguk "Iya, gakapapa"
"Kenapa lo ngajak ketemu disini?" Aga menatap Karin bingung.
"Gue..mau cerita sama lo. Mungkin ini juga untuk menjawab lebih jelas tenang ungkapan perasaan lo ke gue tiga hari lalu"
"Gue kan udah bilang gak butuh jawaban. Gue cuma pengen lo tau aja"
Karin menggeleng pelan "Please, gue cuma pengen semuanya lebih jelas, buat lo dan buat gue. Buat perasaan kita"
Aga hanya diam, ia pasrah tentang apapun yang akan karin ucapkan.
"Pertama, gue mau makasih sama lo. Makasih karena lo selalu ada buat gue dalam segala keadaan. Gue juga sayang sama lo.. tapi rasa sayang gue gak lebih dari seorang sahabat. Gue pernah melampaui perasaan itu, saat awal SMP pas gue putus karena diselingkuhin Doni. Tapi gue gak mau hal itu bikin gue jauh sama lo. Jadi gue buang perasaan itu. Meski susah, gue berhasil Ga.."
Pandangan Aga lurus pada jungkat-jungkit didepan mereka.
"Gue telat ya Rin. Haha nggak, lebih tepatnya gue pengecut. Karena gue suka lo disaat itu. Disaat lo lagi suka gue juga. Tapi gue gak berani. Sayang banget gue telat buat berani"
Karin hanya bisa menatap Aga dengan perasaan kaget. Tidak, lebih tepatnya campur aduk.
"Ga.." ucapnya lirih.
"Gak apa-apa Rin, semesta mungkin punya rencana yang lain" Aga tersenyum getir, sebelum akhirnya melanjutkan
"Selamat ya, gue denger Lo jadian sama Yugo. Dia ternyata lebih beruntung dibanding gue. Jaga diri baik-baik ya Rin" Aga menepuk pundak Karin.
"Maafin gue Ga.." Sesalnya.