Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Mawar Hitam
1
Suka
5,208
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Nala merangkai kembang di atas meja makan. Matanya indah dengan bulu mata lentik dan bola mata bewarna kuning muda. Matanya mengedar ke kembang yang masih berceceran di atas meja.

"Ah, ini dia." Dipegangnya tangkai bunga mawar yang masih berduri -tangkainya pun bewarna yang sama dengan warna mahkotanya, hitam- diciumnya kelopak bunga mawar hitam dan setelahnya ditaruhlah di dalam vas. "Bunga yang diberikan oleh Wak Inah. Katanya bunga yang langkah. Jikapun ada, hanya setahun sekali tersedia di warung dia."

Baru selesai ditata rapi. Terdengarlah suara ketukan di depan pintunya.

"Anda, kah yang bernama Nala? Perempuan yang baru saja membeli bunga mawar hitam di warung Wak Inah?" Tanyanya sambil melihat bola mata Nala yang menurutnya aneh, kuning muda. "Nama saya, Ida."

Nala menjawab dengan santai, "Bukan membelinya. Melainkan diberi oleh Wak Inah. Katanya, saya berhak mendapatkan itu secara cuma-cuma."

Ida mencoba kembali bertanya lagi dengan kata yang terbata-bata, "Bolehka saya ..., sayaaa meminta kembang mawar hitam itu? Saya membutuhkannya. Sebab saya suka barang langkah. Bolehkah?" Siapapun tahu siapa Ida. Kolektor barang langkah. Jika barang yang dikira menarik dan tidak bisa bertahan lama, maka jalan satu-satunya adalah diawetkan dengan memberikannya cairan kimia.

"Tunggulah beberapa bulan lagi, atau tahun depan. Atau ..., kau bilang saja ke Wak Inah, jika ada kembang mawar hitam bisa menyimpannya untukmu."

"Saya membutuhkannya saat ini. Berikanlah, ayolaaah Nala."

Nala kembali meminta maaf. Sampai kapanpun tidak akan diberikannya dengan semudah itu. Sekalipun, Ida menawarkan sejumlah uang seratus ribu berjumlah tujuh lembar.

"Kau tak akan kulepaskan dengan mudah. Tenanglah," Nala berbicara sendiri di hadapan mawar hitam. "Sebab aku mengerti, kau tak ingin diperebutkan hanya karena kau langkah. Apalagi mengawetkanmu dengan diberikan cairan kimia. Ya ..., ya ..., aku mengerti. Keabadian itu agaknya memuakkan, jika itu dijadikan kebanggan atas diri sendiri ..., agar dipuja-puji." Dikecupnya mahkota bunga mawar hitam itu. "Apalagi menjualmu dalam keadaan yang abadi dengan harga yang tak wajar. Kematianmu dibayar mahal, tidak seperti harga yang dibayarkan ketika mendapatkanmu. Bukankah itu tak sebanding?"

Terduduklah Nala di kursi yang berjarak satu meter dari kembang yang sudah tertata rapi di vas bunga yang diletakkan di meja tamu.

Terdiam dia sambil melihat dalam-dalam membang mawar hitam. Dalam diamnya itu, sambil mengembuskan napasnya dengan kuat, dia membatin. 'Aku akan membiarkanmu mati diwaktu yang tepat sesuai dengan waktu kematianmu. Bukan mati lantaran belum waktunya, akibat melalui pengawetan. Aku mengerti, kalau mati belum waktunya, amatlah menyiksa.'

-Selesai-

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Mawar Hitam
Drew Andre A. Martin
Novel
Wait, There!
Natsu Hana
Novel
Surat Cinta Untuk Ayah
Aries Supriady
Novel
RUANG DAMAI PANCAWARNA
Nurul Awaliyah
Novel
Bronze
Kali Kedua
Euis Lina HF
Novel
Gold
KKPK Mukena untuk Bunda
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Gadis Berkalung Tasbih
Herman Sim
Novel
Gold
Cloudy Charcoal
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Istriku Dewi yang Cantik, si Ratu Poison
Sulton mubarok
Novel
Komorebi
Fitri F. Layla
Novel
Bronze
Jessica, Luka Yang Terpendam
Sofia Grace
Novel
Antara ADA (Aku dan Ayah)
Niktan' Nissa Mitza Gallish
Novel
Ini Negeriku
R Fauzia
Novel
Gold
The Magic Library
Mizan Publishing
Novel
Penata Hati
Fani Fujisaki
Rekomendasi
Flash
Mawar Hitam
Drew Andre A. Martin
Novel
The E.T.E.R.N.I.T.Y
Drew Andre A. Martin
Flash
Logika-nya
Drew Andre A. Martin
Flash
Bronze
Ranum Senja
Drew Andre A. Martin
Flash
Mengapa Juga?
Drew Andre A. Martin
Flash
Pemuda di Ruang Rapat
Drew Andre A. Martin
Flash
Konyol Memang
Drew Andre A. Martin
Flash
Salah - Benar?
Drew Andre A. Martin
Novel
Serapah Sampah
Drew Andre A. Martin