Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Aku mau cerita, ini tentang kejadianku di Bandung saat aku masih SMA. kamu mau dengar?" Tanyaku kepada Shinta
"Mau," katanya penasaran
Tahun 2005 saat aku sekolah di SMA daerah Dago di Bandung, aku bersama ke-2 temanku yang sedang istirahat di jam sekolah, pergi ke sebuah rumah tua yang berada di sisi jalan Tamansari dekat ITB.
"Beneran mau kesana?" tanya Andri yang saat itu membuang sebatang rokok.
"Ya, kamu takut?" tanyanya
"Enggak, cuma tanya," kataku
Saat itu, Bandung masih terasa dingin dan berkabut di pagi hari apalagi daerah Dago yang banyak sekali pohon rindang tua. Bangunan rumah itu masih kokoh dengan arsitektur Belanda dan di bagian halaman depan terdapat tulisan yang sudah usang, tulisan itu adalah nama arsitektur rumah itu.
Aku, Andri dan Deva masuk ke rumah tua itu dengan perlahan membuka pagar rumah yang sudah berkarat. Deva yang sudah berada di pintu masuk, membuka pintu rumah dan kami pun masuk ke dalamnya. melihat-lihat isi ruangan yang masih tersimpan sebagian barang.
"Ada meja kasino disini," kata Andri
"Aku pernah dengar di salah satu kamar ini, ada selendang merah yang di abadikan. punya penari yang bunuh diri karena hamil duluan,"
"Dimana?" aku yang penasaran mengikuti langakah Deva dan Andri
Kami pun sampai di depan kamar itu, Andri yang membuka pintu terkejut melihat selendang merah yang tersimpan di lemari kaca dan menjelaskan kepada kami dengan ceritanya. Deva yang mengambil selendang itu lalu, mendorongku bersama selendang yang ia tali di tanganku masuk ke dalam kamar itu, mereka yang diluar pergi meninggalkan aku yang terkunci di dalam kamar ini.
"Udah diem disitu aja dulu, nanti kita balik lagi pulang sekolah," katanya sambil tertawa
"Sial!, kakiku tidak bisa bergerak, mereka meninggalkan aku sendirian disini, Sial!"
Pada saat itu, aku yang masih ketakukan melihat seorang penari dengan pakaian kebaya lusuhnya, ia mengatakan kepadaku kalau aku ingin selamat aku harus membawa seseorang untuk di jadikan pendamping di setiap malam Kamis Pon. aku mengiyakan dengan syarat dan permohonan agar tidak mencelakai orang terdekatku.
Aku yang menceritakan kejadian itu membuat seluruh ruangan rumah pacarku mati dan menyala. aku yang melihat pacarku dengan tatapan kosong mungkin membuatnya merinding.
"Kau tahu siapa yang akan aku bawa kesana?"
"Siapa?"
***