Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Lelah dengan harinya yang membosankan, bocah besar itu berjalan ke kamarnya lalu menjerit sekuat tenaga, "Ma!!!"
"Iya, anak manis," sahut ibunya yang sedang memasak di dapur. "Kenapa lagi kamu?"
"Aku ingin tidur pulas 24 jam," seru si bocah besar. "Pastikan tidak ada yang menggangguku. Oke?!"
"Ya, oke," kata ibunya sambil mengirisi wortel untuk sup kesukaan suaminya.
Si bocah besar akhirnya terlentang di kasurnya. Ia sadar bahwa ia tidak bisa tertidur dengan cepat, dan ia sadar juga bahwa tak ada yang lebih membosankan daripada menunggu untuk tertidur. Maka ia membaca buku yang membosankan untuk dibacanya. Ia mengambil buku Pengantar Politik yang tebal yang sering kali jatuh menimpa wajahnya.
Di dapur, si ibu telah selesai mencincang daging sapi menjadi dadu-dadu kecil untuk kemudian dibenamkan ke dalam kuah sup lalu diikuti dengan wortel, kentang, buncis, kol, kubis, tomat, seledri, dan daun bawang.
Si ibu mulai menghidangkan masakannya yang menggugah itu ke atas meja, dan suaminya segera duduk di meja makan dengan wajah yang sumringah. Namun, kesumringahan tersebut rak bertahan lama sebab ia tak mendapatkan anaknya duduk bersamanya.
"Ke mana dia?"
"Tidur," jawab si ibu. "Untuk 24 jam."
"Kenapa?"
"Entahlah."
"Akan kubangunkan dia," si suami bangkit dari kursi.
"Sebaiknya kita tidak mengganggunya."
"Sebaiknya kita membangunkannya atau dia akan tumbuh jadi pemalas."
"Aku tidak masalah kalau dia jadi pemalas."
"Kau terlalu memanjakannya!"
Si suami membawa mangkuk yang telah berisi nasi dengan sup sayur dan daging. Sambil berjalan ke luar rumah menuju meja di teras, ia menghirup aroma supnya yang menggiurkan.
Si ibu merasa bangga karena telah memenuhi amanat dari anaknya untuk tidak membiarkan siapa pun mengganggu tidurnya. Ia mencoba menengoknya, membuka pintu kamar si bocah besar.
Dan betapa lebar senyum si ibu menyaksikan anaknya tertidur mendengkur dengan muka tertutup buku Pengantar Politik.