Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Kak, kakak kenapa sih?! Cerita dong kalo lagi kesel, jangan gini terus!" ujar Hyeri merebut remot tv dari tanganu lalu mematikan tv.
"Tidak ada." jawabku singkat lalu beranjak menuju kamark
"Ayolah kak, kakak selalu begitu setiap kali kakak kesal, apa tidak bisa adikmu ini berguna?!" Omelnya mengikuti ke kamarku
"Hyeri, tolong keluar. Jika kau ingin berguna, pergi belajar dan bantu ibumu!" balasku ketus mengusirnya dari kamarku
"Kakak, aku selalu menanggap kakak itu kakak kandungku. Kakak bisa cerita padaku setiap kakak kesal atau apapun." ujarnya sambil merangkulku
"Hyeri, berapa kali aku katakan sadarlah pada kenyataan bukan anggapan. Aku bukan kakak kandungmu. Jadi, jika kau masih menganggapku kakakmu dan sadar pada kenyataan, tolong tinggalkan aku sendiri!" jelasku
"Baik, tapi nanti kalau aku panggil, kakak ke dapur ya. Kita makan sama-sama."
"Iya."
Hyeri keluar dari kamarku dan menutup pintu kamarku. Ia selalu begitu, menganggapku sebagai kakaknya dan bibi yang selalu menganggapku sebagai anak. Terkadang aku terbuai dengan anggapan mereka, aku merasa bahwa keluargaku baik-baik saja karena mereka selalu menganggapku sebagai keluarga.
Lagi-lagi aku harus sadar terhadap fakta bahwa keluargaku sudah lama hancur dan fakta bahwa aku anak yang dibuang. Oleh karena itu, sampah sepertiku yang sudah dibuang ini meskipun sudah dipungut dan dijaga tetap saja diriku ini adalah sampah. Sampah yang keberadaannya tidak diinginkan.