Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku pulang lebih cepat dan izin tidak ikut mata kuliah selanjutnya. Aku merasa tidak enak badan hari itu. Tiba-tiba aku teralihkan oleh aroma kuah santan yang menyengat penciumanku. Aromanya khas yang membawa alam bawah sadarku untuk merasakan nikmatnya makanan ini dengan kuahnya yang panas. Ini adalah kari ayam, seperti buatan ibu. Kenapa bisa aromanya kuat sekali disini? Kari ayam kesukaanku adalah buatan ibu dan hanya ada satu-satunya. Makanan terenak di dunia pokoknya. Belum ada yang menandinginya. Apa ibu ada disini? Kutengok kanan kiri tak ada orang.
Beberapa lama aromanya hilang. Kucoba menghirupnya perlahan, mencari cari dengan sangat hati-hati, mungkin aromanya bersembunyi. Kuhirup sekali lagi, tapi aromanya tidak muncul. Aku memelas, lalu aku sadar tak ada kari ayam. Aroma kari ayam yang kuhirup tadi tidak benar-benar ada. Aku hanya rindu, rindu masakan ibu, rindu belaiannya, juga tangan gemuknya mengusap kepalaku.
"Bu, tidak ada yang lebih enak dari kari ayam buatanmu."
"Tahukah kamu, aku tidak benar benar pandai memasak kari ayam, Nak. Santannya terlalu kental, kuahnya kurang garam, begitu kata nenek. Kari ayam buatan ibu gagal."
"Benarkah?"
"Iya... Tapi waktu itu ada seorang anak kecil suka sekali memuji masakanku, sambil melahap kuah kari ke mulutnya yang masih penuh, ia angkat kedua jempolnya ke hadapanku. Senyumnya terpancar, matanya berbinar. Ia benar-benar membuat hatiku terkesan."
"Sejak saat itu, aku berjanji akan terus memasakkan kari ayam untuknya. Kari ayam yang akan membuatnya mengingatku sampai ia dewasa, bahkan ketika aku tidak bersamanya."
"Ibu,"
"Kamu sangat menyukai kari ayam buatanku, bukan karena rasanya enak. Tapi karena aku membuatnya penuh cinta untukmu dan kamu pun mencicipinya dengan sepenuh hatimu. Itulah yang terjadi, Nak !"
#fotosampul : novacam | fuji C200