Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Sofa tua
0
Suka
5,222
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Cuaca sore ini begitu tidak biasa bagiku. Anginnya bertiup menyapaku lembut namun menusuk dan melemahkan tulang-tulangku.

“Hari ini sangat melelahkan, mengurus ini-itu untuk kepergian besok. Huh!” Pikirku.

Ku lemparkan diriku dengan manja ke pelukan sofa tua ini. Sembari menyesap susu vanilla hangat ku putarkan lagu-lagu Sheila on 7 favoritku.

“Aku akan pergi besok” Kataku dengan sedikit menahan tangis pada sofa tua ini.

“Aku akan pergi ke Jakarta, berpamitan dengan ibu untuk langsung melanjutkan studiku ke Jerman”

Ya, Jerman. Impian yang selama ini ku ceritakan. Dengan bergegas air mataku mengalir tanpa permisi.

Harus berbahagia atau bersedih tak lagi bisa ku pilih saat ini. Beriringan dengan lembutnya tiupan angin ku letakan kepalaku pada lengan sofa yang tak lagi jelas akan warnanya.

Dalam isak tangis terhantar segala ingatan ke masa dimana aku menghabiskan waktu bersama sofa ini.

Sudah lima belas tahun lamanya kira-kira kebersamaanku terjalin. Sejak orangtuaku bercerai, ayah memutuskan untuk membawaku pindah ke Jogja dan tinggal di rumah almarhum kakek-nenekku.

Disitulah pertemuan pertamaku dengan sofa ini.

Sofa rangka kayu jati yang besar dan kokoh dengan pelapisnya berwarna dasar coklat dan desain Bunga warna merah muda yang cantik.

Dudukan dan sandarannya yang empuk membuatku dan ayah lebih senang tidur di sofa ini daripada di kamar.

Ayah sering menceritakanku cerita karangannya sendiri sebelum aku tidur. Kata ayah kalau bercerita dari buku-buku dongeng itu terlalu biasa.

“Kamu dan ayah kan luarbiasa”  Kata ayah sambil melapangkan dadanya dan mengangkat dagu bak super hero.

Aku meng “iya” kan-nya sambil setengah mati menahan tawa. Walau alur cerita ayah sangat berantakan dan seringkali aku tak memahami jalan ceritanya tapi tak apalah.

Aku dan sofa ini menikmatinya.

Waktu berputar begitu cepat hingga tak terasa kebersamaan ku dan ayah pun harus berakhir. Ayah tutup usia saat aku kelas 3 SMA karena penyakit yang di deritanya. Duniaku seakan berhenti berputar saat itu.

Bisa ku rasakan kesedihan yang sama pada sofa ini saat ayah pergi untuk selamanya.

Kepergian ayah membuatku semakin dekat dengan sofa ini.

Setiap tangis dan tawa yang (tak) sengaja ku bagi dengannya.

Setiap cerita yang mengalir hingga aku terlelap di lengan besarnya.

Sofa tua yang menjadi sandaran kala ku mulai tak sanggup berdiri tegak menahan pedih yang menyeruak.

Terlalu banyak kenangan.

Besok aku akan pergi, berusaha berjalan tegap tanpamu di hari-hariku nanti.

Melangkah berani menyusuri setiap mimpi yang sewaktu dulu pernah ku ceritakan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Sofa tua
Ocha
Flash
Bronze
Semenjak Anak Kita Lahir
Silvarani
Novel
Bronze
Rahasia Olivia
Sartika Chaidir
Novel
Bronze
Among 1998
Ira Madan
Novel
Janji Livy
Beby Haryanti Dewi
Novel
Bronze
Yang Terbuang
silvi budiyanti
Novel
Peti Uang
Art Fadilah
Novel
Gold
Turtles All The Way Down
Mizan Publishing
Novel
Tersenyapkan
Lada Ungu
Novel
Gold
Princess Family
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Malaikat Yang Ingin Mati
Dewi Anjani
Flash
Bronze
Rasa Yang Tertinggal
Dzakayfat Aizawa
Flash
Bronze
Berhenti Ceritakan Mereka Kepadaku dan Jangan Ceritakan Aku Kepada Mereka
Silvarani
Novel
Gold
Hwaiting 2 Dream Comes True
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Dilema Istri Pengganti
Aydhaa Aydhaa
Rekomendasi
Flash
Sofa tua
Ocha
Flash
TAK PERNAH SELESAI
Ocha