Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Pagi menjelang siang itu, Rita bilang kepada kekasihnya. Bahwa orang tuanya telah sepakat jika tidak akan mempersulit hubungan mereka.
Papa dan Mamanya sadar, jika terus-terusan menghalangi, yang ada mereka tambah berdosa, jika membiarkan anaknya berlarut untuk menjalani hubungan tanpa ikatan yang sah.
Rita tahu, apakah ini menjadi berita gembira ataukah malah jadi beban bagi Argo kekasihnya. Sementara juga, ibu dari Argo belum jelas memberikan ijin atau tidak dengan hubungan mereka.
Argo hanya diem, sejak awal Rita berbicara. Nampaknya ada hal yang mengusik pikirannya.
Argo sadar, jika ridho Allah ada pada ridho kedua orang tuanya, terutama pada seorang Ibu. Dia hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Rita, tanpa menanggapinya sedikit pun.
Sebenarnya, Argo telah berkali-kali mencoba untuk meyakinkan Ibunya, namun, lagi-lagi nihil hasilnya.
Jarak telah membuat hubungan mereka berada diambang ketidakpastian. Antara lanjut dan pupus.
Mungkin inilah saat yang tepat untuk mengutarakan apa yang telah dirasakan Ibunya selama ini. Akhirnya, Argo pun buka suara. Meski dia tahu, Rita akan susah untuk menerima kenyataan itu.
"Rit, sebelumnya saya minta maaf yah, jika apa yang aku katakan ini, akan menjadi berita baik ataupun malah sebaliknya. Ku harap kamu kuat."
Sejak tadi, Rita terlihat bahagia, lalu wajahnya berubah menjadi layu, karena tidak ada tanggapan sama sekali dari Argo.
Dia mengalihkan perhatiannya dengan memainkan ponselnya.
"Sebenarnya, Ibu kemarin telah bilang kepadaku, jika beliau sampai saat ini belum bisa yakin dengan hubungan kita. Beliau masih kekeh dengan pendiriannya. Bukan tanpa alasan. Sebagaimana yang telah kita ketahui sejak kita kenal."
Argo mencoba pelan-pelan memberi pengertian pada Rita, namun tanpa jawaban juga.
"Bahkan beliau telah melakukan salat Istikharah, untuk mencari jawaban atas hubungan kita Rit, tapi hasilnya masih nihil. Masih sama seperti yang dulu," Argo memberikan penjelasan, agar tidak kecewa dengan keputusan semua itu.
"Rit, jika aku memaksa atau bahkan melawan kehendak Ibu, sama halnya aku telah merusak jalan menuju surga ku. Karena dialah Surga yang saya miliki sekarang dan sampai kapan pun itu.
"Rit, semoga kamu bisa memahami."
Air mata kini telah mewakili jawaban Rita. Karena semua harapan dan masa depannya bersama Argo, lima puluh persen telah hilang. Namun, apakah akan ada keajaiban di lain waktu, agar Ibu Argo memberikan ijinnya. Semua tidak ada yang tahu, hanya Dialah yang mengetahui, alur jalan kehdpan hamba-Nya.