Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Nda, dapat salam dari Mas Ivan. Salam rindu katanya, " Wina memberikan kabar kepada Nanda.
Hanya senyuman ketus saja balasan dari Nanda. Dia tidak begitu merespon dengan baik, dia bersikap biasa-biasa saja, mendengar apa yang di omongkan oleh Wina. Hanya seperti angin lalu saja.
Perempuan kelahiran 98 itu bersikukuh dalam menjaga prinsipnya. Dia tidak akan pacaran, apalagi main-main semasa masih duduk di bangku sekolah.
Kelembutan sikap dan ketegasan dalam berbicara,bertindak dan memutuskan sesuatu, serta kecantikan wajahnya menjadi ciri khas dari Nanda. Hal itulah yang membuat cowok-cowok banyak yang jatuh hati pada Nanda. Tetapi tidak ada satu pun yang bisa menggoyahkan hatinya.
Melihat sikap Nanda yang begitu, bukan jadi alesan untuk menjauh, akan tetapi hal itu menjadi tantangan sendiri bagi Ivan.
Ivan. Cowok yang tidak pernah menyerah untuk mendapatkan cintanya Nanda. Sudah dua kali dia ditolak olehnya. Bukan malah menyerah, eh tolakan dari Nanda itu, membuatnya semakin penasaran.
Setiap hari, tidak pernah absen untuk menitip salam pada Wina untuk Nanda. Namun, Lagi-lagi tiada balasan. Bukannya menambah simpati Nanda malah bikin sebel saja.
Merasa risih dengan titipan salam-salam itu, Nanda bilang kepada Wina, agar tidak membawa titipan-titipan itu lagi saat pagi hari.
"Win, memangnya tidak bosan apa, tiap hari membawa salam-salam itu terus?"
"Hahahaha."
Wina tidak menanggapi, malah ngetawain.
Wina tahu, sikap juteknya temennya yang satu ini. Bukan Wina kalau tidak bisa membujuk orang.
"Aneh Nda kamu. Bukannya senang, malah jutek saja, manyun pula bibir lo, tuh tuh udah kayak emak-emak yang mau marah-marah," Wina meledeknya.
"Ih, apaan sih kamu. Biasa kali."
"Biasa apa suka?"
Nanda semakin kesal dengan ulah sahabatnya itu, bukannya membantu malah ngeledek pula.
"Terserah."
Setelah keduanya saling adu argumen, tiba-tiba Ivan lewat depan kelasnya. Ulah jail Wina keluar lagi.
Wina sengaja memanggil Ivan untuk gabung dalam obrolannya. Hal itu membuat Nanda semakin kesal sama Wina.
"Van, sini dong, temenin kita, ikutan ngobrol, mumpung ada bidadari idaman kamu nih."
Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ivan mengiyakan ajakan Wina, meskipun membuat Nanda sebel. Tapi, tak apalah, kapan lagi bisa memandang wanita secantik dia lagi.
"Hai, Nda," sapa Ivan.
Hanya anggukan saja dari Nanda. Dengan wajah juteknya.
"Jutek amat sih," rayu Ivan.
"Emang gitu Van, sok-sokan jutek, padahal.......
Nanda memotong pembicaraan Wina, karena dia tahu, pasti Wina akan ngomong yang tidak-tidak.
" Ih, ih, apaan sih, malu-malu apa mau nih ye, sebenarnya mau kan, " ledek Wina.
"Apaan sih Win. Gak jelas loh," sahut Nanda.
Melihat kekesalan Nanda, Ivan semakin terpesona. Bukan terlihat jelek, eh malah tambah manis saja ini orang. Dia hanya senyum-senyum saja melihat ulah mereka.
Jangan menyerah Van, kamu pasti bisa. Menguatkan dirinya sendiri. Nanda pasti menerima kamu untuk yang ketiga kalinya.