Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku memikirkan banyak hal yang ingin dikatakan padamu selama perjalanan tapi setelah tiba disaat ini, aku tidak punya sepatah katapun yang tersisa seolah kata-kata adalah sesuatu yang kuletakaan dalam keranjang berlubang yang menjatuhkan setiap isi-nya disetiap langkah yang kuambil.
Aku memikirkan banyak kata-kata indah di bilik kamar mandiku, disaat aku ingin memejamkan mataku dan saat aku berdoa, kurasa setan yang ada disekitarkan adalah seorang penulis hebat di dunianya, dia memberiku ide di saat aku berbicara pada Tuhan, menghilangkan fokus dari apa yang seharusnya kulakukan, lalu saat aku menutup doaku, diapun pergi bersama tawanya.
Aku tidak mendengarnya tapi kurasa dia tertawa, berhasil melakukan permainannya, dia membawa ide itu bersamanya lalu akan muncul kembali saat aku memulai doaku yang berikutnya, saat aku berusaha menutup mataku lebih awal malam ini agar bisa berdoa subuh nanti, dia tidak akan membiarkannya, dia akan membuatku tetap terjaga, menahan bisikan ide saat aku duduk di depan komputerku, kembali membisikannya saat aku merebahkan tubuhku, dia melakukannya berulang-ulang hingga sejam sebelum waktu dimana seharusnya aku bangun tapi kini aku bahkan belum tertidur.
Aku baru akan merapatkan selimutku, kurasa sejam akan cukup.
Aku melihat gajah berenang di samudra dan paus terbang ditengah kota. Aku mengendarai seekor singa yang melompat diantara gedung lalu aku terjatuh dilompatan terakhir, kumpulan hiu dibawahku menggerogotiku, membuat tubuhku terpotong sementara kerumunan manusia hanya memperhatikan, ada yang menangis, ada yang berteriak, ada yang bertepuk tangan, ada yang tak perduli, dan ada juga yang tersenyum tapi yang pasti, tidak ada yang menolongku.
Aku tak mengerti, kenapa aku masih bisa memperhatikan mereka padahal aku telah menjadi daging yang berhamburan lalu aku menggerakan tubuhku, aku telah menjadi hiu yang memangsaku.
cahaya mendobrak masuk dari kaca jendela kamarku, dan sekali lagi, kurasa dia tertawa lagi. Aku melewatkan waktu subuhku lagi.
Aku ada ditempat yang bisa dilihat olehnya tapi kejadian ini irreversible, kejadian yang sama tidak berlaku sebaliknya.
Aku adalah hiu yang membunuh diriku sendiri, aku adalah seekor hiu yang kuat.
Orang lain tidak perduli, kadang mungkin setidaknya berusaha untuk terlihat perduli, yang lainnya juga mungkin bener-benar perduli tapi siapa yang akan menjadi lebih perduli pada diriku selain aku? siapa yang lebih bisa kuandalkan selain diriku? siapa yang akan selalu bisa ada disampingnya bahkan ketika tubuhku terurai dalam tanah? siapa yang menyelamatkanku jika bukan diriku sendiri? siapa yang bisa menghancurkanku lebih dari kemampuan diriku menghancurkan diriku sendiri?
Diriku sendiri adalah malaikat dan iblis terhebat yang bermain di dalam otakku. Tidak ada orang lain disini, kadang terasa ramai tapi itu hanya aku sendiri.
Aku ingin memakai lipstik ungu diantara wanita berlipstik merah muda, mata-mata memandang tapi siapa yang perduli?