Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Eh, apa itu?" ucap Naila sambil menunjuk ke arah seberang.
Semua anggota rombongan bingung, entah apa yang telah dia lihat, dan mengapa sampai menunjukkan tangannya.
Tak lama kemudian, dia mengajak kita semua berhenti, istirahat. Wajah cantiknya terlihat pucat banget, karena efek kelelahan dan udara yang semakin dingin.
Dinginnya malam ini telah menusuk ke tulang, bukan hanya Naila saja yang merasakan, kami semua pun begitu. Rasanya ingin segera sampai ke puncak dan berteduh di dalam tenda.
Tiba-tiba dia menggigil kedinginan. Balutan jaket yang begitu tebal tidak mampu untuk menahan rasa dingin pada badannya, wajahnya terlihat semakin pucat, lalu tiba-tiba matanya terpejam, seperti orang yang sudah tiada. Sebelum tak sadar, dia sempat bilang, "Aku udah tidak tahan, badanku dingin banget rasanya, pengen pulang saja, "
Tomi kebingungan, apa yang ingin dia lakukan. Baru pertama kalinya mendapati hal yang semacam itu.
Sebagai pemimpin dalam rombongan, tentunya tidak mau ada yang kenapa-napa. Mondar-mandir tidak jelas, dia bingung dengan dirinya sendiri. Pikirannya tak karuan.
"Tadi kalian lihat nggak, orang yang ngomong tadi, ternyata kakinya tidak nyampe tanah." Si Rajo mencoba mengalihkan perhatian Tomi. Namun tidak dia tanggapi.
"Selimut mana, selimut mana?" Tomi semakin panik melihat kondisi Naila yang tambah menggigil dengan keadaan tak sadar.
Sedih, cemas, dan khawatir telah campur aduk menjadi satu. Pemandangan malam yang nan indah tak membuat Tomi tenang. Sementara yang lainnya juga sibuk menjaga Naila.
Kedipan mata Naila membuat kami semua sedikit lega. Ada tanda-tanda akan sadar. Begitu juga yang dirasakan oleh Tomi. Dia dapat menghela nafas, saat mendengar itu.
Semakin dingin udara malam ini. Jaket, kaos kaki, kaos tangan sudah terpakai semua. Lelah pun tak bisa dielakkan, efek dari perjalanan.
Kami semua mencoba untuk tidur. Tidak baik jika begadang dengan udara yang sangat-sangat dingin seperti ini. Tak lama kemudian, kami terlelap, karena kecapean juga. Tanpa memikirkan kondisi Naila lagi.
***
Pemandangan yang kita tunggu. Sunrise. Matahari terbit dengan warna indahnya ke-oren-an.
Melihat Naila yang ikut menyaksikan matahari terbit, seakan menambah keindahan dari matahari itu.
"Senyumanmu lebih indah Nai dari matahari itu," ledek Tomi yang tadi malam dihantui rasa ketakutan melihat kondisi Naila.
"Ah, Mas Tomi ini bisa aja," dengan senyum manisnya dia malu-malu.
"Syukurlah, Nai, kamu udah sehat lagi. Kita semua takut dan cemas lihat kondisi kamu semalam."
"Iya, Mas. Naila minta maaf ya, teman-teman. Terima kasih udah merawatku dengan baik. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Sekali lagi minta maaf ya."
Tak sempat membuka Handphonenya, ternyata banyak pesan masuk dari kekasihnya yang mencemaskan dia, karena tahu, ini pertama kalinya Naila naik gunung.
"Iya, Mas. Naila tidak kenapa-napa kok," balas Naila pada kekasihnya dengan tambahan emot ❤.
Tidak sengaja, Tomi melihat Naila yang sedang balas chat. Namun Tomi sadar, kalau dia sudah punya kekasih.