Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Wanita gila! Kurang ajar!" hardiknya kepadaku dengan wajah penuh amarah.
"Aku tidak akan membunuhmu. Aku hanya akan menyiksa dengan membuangmu ke tengah hutan bersama banyak serigala yang kelaparan!" Aku menelan saliva kuat-kuat. Merasai kerongkongan yang kering saat mendengar seruan terakhirnya.
Aku masih ingat, bagaimana ia melecehkanku, juga ibuku. Hidup dipenuhi kenestapaan tatkala berada di bawah naungan Tuan Robert. Pria tua dengan segala adikuasa yang dimilikinya. Seolah dia berhak merenggut apa yang semestinya kami jaga. Namun, semua ancamannya, tak lagi kuindahkan. Kuberanikan diri memberontak untuk tidak lagi melayani setiap nafsu bejat pria durjana itu. Tepatnya setelah ibuku mati beberapa waktu lalu.
Tangan kasarnya sudah tidak terhitung lagi melayangkan pukulan dengan keji. Memberikan rasa pedih dan kulit semakin membiru. Kecantikan yang kumiliki, seolah tiada bisa meredam amarahnya. Apalagi saat aku menggigit hidungnya hingga berdarah.
Dengan cepat ia membawaku ke sebuah hutan penuh dengan binatang-binatang liar di dalamnya. Menghempaskanku begitu saja hingga terjerembab pada akar pohon besar. Nyayian dari sang penjaga hutan mulai melolong saling bersahutan. Membuatku bergidik ngeri dan menangis sejadi-jadinya. Aku bangkit mencoba untuk berlari. Namun, ia segera menangkap lenganku. Lalu kembali membanting tubuhku pada tanah lembab.
"Sebetulnya, aku ingin sekali menyaksikanmu bergumul dengan para serigala. Menikmati indahnya hiburan saat kembali bisa memberikan makanan gratis pada mereka. Akan tetapi, para wanita menanti kehadiranku saat ini."
"Selamat bersenang-senang, Honey!"
Kulihat pria itu melenggang pergi meninggalkanku dalam kegelapan. Aku berlari mengikuti sinar lampu mobil yang mulai menghilang. Diiringi dengan deraian air mata dan dendam mengembang penuh. Aku menerobos kegelapan ditemani suara alam liar.
Dari arah samping, samar-samar terdengar geraman seekor serigala. Jantungku berdebar kuat. Aku cemas, sehingga bulu kuduk serempak berdiri dengan tegangnya. Pun tanpa terasa keringat dingin sudah mulai luruh dari setiap pori-pori tubuh. Aku benar-benar ketakutan.
Geraman itu semakin dekat terdengar. Bahkan, sorot seekor serigala jelas terlihat di remang malam. Aku terduduk, kemudian mengambil apa pun untuk dijadikan senjata. Sebuah serangan hampir saja membuatku lumpuh, tapi aku mengelak. Balik menyerang dengan sebilah ranting kering ditanganku. Melawan sebisaku.
Sebuah cakar mengenai lengan. Aku mengerang kesakitan. Darah segar sepertinya sudah mulai keluar dari bekas cakaan itu. Terasa perih saat aku mengusapnya. Kemudian, sebuah serangan kembali menghampiri. Beruntung hanya kemejaku yang terkoyak. Aku meraba tanah dan mendapatkan ranting keras. Aku memberanikan diri, bangkit dan menyerang brutal pada serigala itu. Pada suatu kesempatan, aku membuat fatality dengan menusuk batang leher binatang yang terkenal buas itu. Melumpuhkannya seketika.
Lima belas menit berlalu. Aku masih mencoba menembus hutan. Berjalan pelan sambil memegangi beberapa sayatan di tangan.
Setelah sampai di tepian jalan, aku merasa cukup lelah. Aku merogoh sesuatu di saku celana. Mengusapnya perlahan kemudian mengecupnya pelan. "Show time!" Kutekan tombol pada sebuah remote pengendali, dan ... daaammmm!!! Aku membuat pertunjukan dahsyat malam ini.
Beberapa ledakan besar terdengar dari arah barat di mana aku berasal. Bersamaan dengan itu, sebuah mobil jeep juga datang tepat waktu dan aku mengenalinya.
"Kau bisa beristirahat dengan tenang, Mom," lirihku sendu. Dengan lengkungan apik tercipta di bibirku.
Sebuah tangan kokoh meraih tanganku dengan begitu lembut. Pemiliknya berkata, "Kita berhasil, dan akan hidup tenang!"