Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Dia yang Malang
11
Suka
7,907
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Jahitan.

Mulutnya penuh dengan jahitan.

Dia tidak bicara. Hanya sesekali menggeram. Tidak ada darah yang keluar. Mungkin karena lukanya sudah mengering.

Aku sering melihatnya bolak balik keluar masuk ruangan dengan seluruh badannya yang diikat di atas troli besi. Dengan mata yang tertutup kain hitam. Dan mulut yang penuh dengan jahitan. Dia menggeram.

Menggeram lagi.

Menggeram padaku.

Sorot matanya mengisyaratkan kepedihan. Dia menginginkan aku pergi. Menjauh darinya. Dari orang-orang di sekitarnya. Lenyap dari kehidupannya.

Aku tahu.

Sejak awal, dia tidak pernah menyukaiku. Bahkan sejak aku muncul dengan wajah yang sama dengannya. Dia semakin membenciku.

Mungkin, kematianku menjadi kebahagian juga penderitaan terbesar baginya.

Sejak aku terjun dari atas gedung. Dia tertawa. Begitu lepas. Hingga bunyi berdebum dari kerasnya benturan tubuhku dengan aspal, membuat tawanya semakin lepas. Penuh kepuasan.

Ketika penutup mata dibuka. Dia menatapku benci. Seakan-akan tatapannya sedang menyalahkanku. Menyalahkan kemunculanku. Karena kehadirannya mulai tidak dianggap sejak aku datang.

Ah.

Dia menggeram lagi.

Kali ini lebih keras, sampai jahitan di mulutnya terbuka. Dia mulai tertawa. Begitu keras. Memaksa orang-orang berbaju putih datang padanya.

Brak.

Dia mengamuk di atas ranjang. Tertawa dengan suara ringkih, sesekali tercekat napasnya sendiri.

Aku berdiam diri. Tak berkata-kata.

Penyesalan mulai merasuk padaku.

Seandainya aku berhasil menghentikkannya.

Seandainya aku tidak mati.

Mungkin sekarang aku berada di rumahnya, memamerkan hasil ulangan pada kedua orangtuanya. Melihat mereka tersenyum bangga sambil mengelus kepalaku.

Pintu ruangan ditutup. Dirinya tidak terlihat lagi. Dinding tebal menghalangi pandanganku.

Memejamkan mata, aku menghela napas. Pengandaian mulai muncul dalam kepala.

Seandainya bukan aku yang mati.

Seandainya aku selangkah lebih cepat membunuhnya.

Mungkin kehidupan sempurnaku tidak akan hilang.

Tapi seperti kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terlanjur. Waktu tidak dapat diputar balik. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk memperbaiki keadaan.

Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang hanya menunggu dan memulai kembali.

Toh, sejak awal aku hanya doppleganger. Tidak peduli berapa kali aku mati, aku akan hidup kembali untuk mencuri kehidupan mereka yang kurang beruntung.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Dia yang Malang
Nurai Husnayah
Novel
Gold
We Have Always Lived in the Castle
Mizan Publishing
Flash
Besok Pagi, Ketika Matahari Terbit
Ikhsannu Hakim
Novel
Fasik
Abdilah Aldi
Flash
Hitam
rossewoodz
Flash
Jatuh
Dark Specialist
Flash
Pasien
Fitri F. Layla
Novel
Boneka Petaka
Eve Shi
Novel
Gold
AGNOSIA
Mizan Publishing
Novel
Bronze
ATM Antrian Tengah Malam
Herman Sim
Flash
Terlambat
Deandrey Putra
Cerpen
Bronze
Warung Mie Ayam
Bagas prakoso
Flash
Bronze
Hujan
Lirin Kartini
Novel
GANG BERINGIN
Rizkywara
Novel
Bronze
Tumbal Majikan
Diani Anggarawati
Rekomendasi
Flash
Dia yang Malang
Nurai Husnayah
Flash
Keberadaanmu Tidak Lagi Nyata
Nurai Husnayah
Flash
Disaat Kau Sendiri
Nurai Husnayah
Flash
Pagi yang Sempurna
Nurai Husnayah
Flash
Hadiah untuk Pengkhianat
Nurai Husnayah
Flash
Sebuah Pesan Singkat Masuk
Nurai Husnayah
Flash
Monster di Dalam Lemari
Nurai Husnayah
Flash
Motivasi
Nurai Husnayah