Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Dia yang Malang
11
Suka
8,005
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Jahitan.

Mulutnya penuh dengan jahitan.

Dia tidak bicara. Hanya sesekali menggeram. Tidak ada darah yang keluar. Mungkin karena lukanya sudah mengering.

Aku sering melihatnya bolak balik keluar masuk ruangan dengan seluruh badannya yang diikat di atas troli besi. Dengan mata yang tertutup kain hitam. Dan mulut yang penuh dengan jahitan. Dia menggeram.

Menggeram lagi.

Menggeram padaku.

Sorot matanya mengisyaratkan kepedihan. Dia menginginkan aku pergi. Menjauh darinya. Dari orang-orang di sekitarnya. Lenyap dari kehidupannya.

Aku tahu.

Sejak awal, dia tidak pernah menyukaiku. Bahkan sejak aku muncul dengan wajah yang sama dengannya. Dia semakin membenciku.

Mungkin, kematianku menjadi kebahagian juga penderitaan terbesar baginya.

Sejak aku terjun dari atas gedung. Dia tertawa. Begitu lepas. Hingga bunyi berdebum dari kerasnya benturan tubuhku dengan aspal, membuat tawanya semakin lepas. Penuh kepuasan.

Ketika penutup mata dibuka. Dia menatapku benci. Seakan-akan tatapannya sedang menyalahkanku. Menyalahkan kemunculanku. Karena kehadirannya mulai tidak dianggap sejak aku datang.

Ah.

Dia menggeram lagi.

Kali ini lebih keras, sampai jahitan di mulutnya terbuka. Dia mulai tertawa. Begitu keras. Memaksa orang-orang berbaju putih datang padanya.

Brak.

Dia mengamuk di atas ranjang. Tertawa dengan suara ringkih, sesekali tercekat napasnya sendiri.

Aku berdiam diri. Tak berkata-kata.

Penyesalan mulai merasuk padaku.

Seandainya aku berhasil menghentikkannya.

Seandainya aku tidak mati.

Mungkin sekarang aku berada di rumahnya, memamerkan hasil ulangan pada kedua orangtuanya. Melihat mereka tersenyum bangga sambil mengelus kepalaku.

Pintu ruangan ditutup. Dirinya tidak terlihat lagi. Dinding tebal menghalangi pandanganku.

Memejamkan mata, aku menghela napas. Pengandaian mulai muncul dalam kepala.

Seandainya bukan aku yang mati.

Seandainya aku selangkah lebih cepat membunuhnya.

Mungkin kehidupan sempurnaku tidak akan hilang.

Tapi seperti kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terlanjur. Waktu tidak dapat diputar balik. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk memperbaiki keadaan.

Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang hanya menunggu dan memulai kembali.

Toh, sejak awal aku hanya doppleganger. Tidak peduli berapa kali aku mati, aku akan hidup kembali untuk mencuri kehidupan mereka yang kurang beruntung.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Dia yang Malang
Nurai Husnayah
Novel
Rajah Hitam
Fasihi Ad Zemrat
Cerpen
Bronze
Aku Sendiri
Kemal Ahmed
Cerpen
Bronze
Hantu Air
Eki Saputra
Novel
GARIS MERAH
Rizqy Kurniawan
Novel
SONGKO
M A R U T A M I
Cerpen
Topeng di Kamar Bapak
Lirin Kartini
Novel
Lanjutkan Kisahku
Diyah Islami
Novel
Bronze
Tembung Lakar
Keefe R.D
Cerpen
PEMBELI TERAKHIR
Freya
Novel
Gold
Like Water for Chocolate
Bentang Pustaka
Novel
Gold
The Haunting of Hill House
Mizan Publishing
Flash
Wajah-wajah Sang Aktor
Ravistara
Novel
Bronze
JERAT IBLIS
Eirene Rens
Novel
Penjual Nasi Goreng Rumah Hanto Darmo (Oneshot)
Faizal Ablansah Anandita, dr
Rekomendasi
Flash
Dia yang Malang
Nurai Husnayah
Flash
Motivasi
Nurai Husnayah
Flash
Monster di Dalam Lemari
Nurai Husnayah
Flash
Pagi yang Sempurna
Nurai Husnayah
Flash
Hadiah untuk Pengkhianat
Nurai Husnayah
Flash
Disaat Kau Sendiri
Nurai Husnayah
Flash
Keberadaanmu Tidak Lagi Nyata
Nurai Husnayah
Flash
Sebuah Pesan Singkat Masuk
Nurai Husnayah