Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Dia yang Malang
11
Suka
9,687
Dibaca

Jahitan.

Mulutnya penuh dengan jahitan.

Dia tidak bicara. Hanya sesekali menggeram. Tidak ada darah yang keluar. Mungkin karena lukanya sudah mengering.

Aku sering melihatnya bolak balik keluar masuk ruangan dengan seluruh badannya yang diikat di atas troli besi. Dengan mata yang tertutup kain hitam. Dan mulut yang penuh dengan jahitan. Dia menggeram.

Menggeram lagi.

Menggeram padaku.

Sorot matanya mengisyaratkan kepedihan. Dia menginginkan aku pergi. Menjauh darinya. Dari orang-orang di sekitarnya. Lenyap dari kehidupannya.

Aku tahu.

Sejak awal, dia tidak pernah menyukaiku. Bahkan sejak aku muncul dengan wajah yang sama dengannya. Dia semakin membenciku.

Mungkin, kematianku menjadi kebahagian juga penderitaan terbesar baginya.

Sejak aku terjun dari atas gedung. Dia tertawa. Begitu lepas. Hingga bunyi berdebum dari kerasnya benturan tubuhku dengan aspal, membuat tawanya semakin lepas. Penuh kepuasan.

Ketika penutup mata dibuka. Dia menatapku benci. Seakan-akan tatapannya sedang menyalahkanku. Menyalahkan kemunculanku. Karena kehadirannya mulai tidak dianggap sejak aku datang.

Ah.

Dia menggeram lagi.

Kali ini lebih keras, sampai jahitan di mulutnya terbuka. Dia mulai tertawa. Begitu keras. Memaksa orang-orang berbaju putih datang padanya.

Brak.

Dia mengamuk di atas ranjang. Tertawa dengan suara ringkih, sesekali tercekat napasnya sendiri.

Aku berdiam diri. Tak berkata-kata.

Penyesalan mulai merasuk padaku.

Seandainya aku berhasil menghentikkannya.

Seandainya aku tidak mati.

Mungkin sekarang aku berada di rumahnya, memamerkan hasil ulangan pada kedua orangtuanya. Melihat mereka tersenyum bangga sambil mengelus kepalaku.

Pintu ruangan ditutup. Dirinya tidak terlihat lagi. Dinding tebal menghalangi pandanganku.

Memejamkan mata, aku menghela napas. Pengandaian mulai muncul dalam kepala.

Seandainya bukan aku yang mati.

Seandainya aku selangkah lebih cepat membunuhnya.

Mungkin kehidupan sempurnaku tidak akan hilang.

Tapi seperti kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah terlanjur. Waktu tidak dapat diputar balik. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk memperbaiki keadaan.

Satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang hanya menunggu dan memulai kembali.

Toh, sejak awal aku hanya doppleganger. Tidak peduli berapa kali aku mati, aku akan hidup kembali untuk mencuri kehidupan mereka yang kurang beruntung.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Flash
Dia yang Malang
Nurai Husnayah
Novel
Bronze
You and Us
Miaw Nyaon
Novel
Bronze
Petaka Tambang Emas Berdarah
Achmad Benbela
Novel
Bronze
Sembilan Bulan Diganggu Setan
Nyimas Aksara
Novel
Penumpang Setia
Ery Sithi Badriyya
Skrip Film
Meow Kamu Kok Gentayangan
Lialuck777
Cerpen
Rumah Penuh Kenangan
Oscar Zkye
Novel
SEGEL IBLIS
Miss Green Tea
Flash
Gentayangan
Afri Meldam
Novel
ALHUB: Melintasi Batas Alam
siti wahyuni
Novel
Gold
Fantasteen Ghost`s Whisper
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Noni Menanti Tahun Berganti
Silvarani
Novel
Red Water Park
Kirana marinta
Flash
Ritual Gelap
Arba Sono
Flash
Which Is Not Visible
Sarda Ragilia A.S
Rekomendasi
Flash
Dia yang Malang
Nurai Husnayah
Flash
Monster di Dalam Lemari
Nurai Husnayah
Flash
Keberadaanmu Tidak Lagi Nyata
Nurai Husnayah
Flash
Hadiah untuk Pengkhianat
Nurai Husnayah
Flash
Motivasi
Nurai Husnayah
Flash
Sebuah Pesan Singkat Masuk
Nurai Husnayah
Flash
Pagi yang Sempurna
Nurai Husnayah
Flash
Disaat Kau Sendiri
Nurai Husnayah