Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Kamu akan bertahan." Rama memegang tangan Ana dengan lembut lalu mencium keningnya mesra.
Ana tersenyum, lalu dengan susah payah mencoba untuk duduk di ranjangnya. Badanya lemah dan dirinya sudah merasa jenuh berada diranjang rumah sakit untuk waktu yang lama.
"Sini." Ana mengundang Rama untuk duduk disampingnya.
Rama menuruti keinginan Ana.
"Eh laptopnya mas." Ana menunjuk laptop di meja.
Rama menyerahkan laptop lalu duduk disamping istrinya.
Ana membuka emailnya.
"Ada satu lagi mas, dan ini lebih penting."
Rama memeluk Ana.
"Kamu akan bertahan sayang, kamu akan mengalahkannya seperti sebelumnya."
Ana mengusap manja kepala Rama.
"Aku akan bertahan mas, aku akan bertahan. Kalau aku bertahan semua permintaanku tadi kita abaikan."
"Baiklah, sekarang apa yang terakhir?"
Rama ikut fokus ke laptop.
"Namanya Amanda" Ana memandang Rama,"Mas pasti sudah pernah dengar aku menyebut namanya kan".
Rama berfikir sejenak, mencoba untuk mengingat ingat.
"Yang sering kirim email ke kamu."
"Iya, yang kamu sempat cemburu."
Ana tersenyum menggoda suaminya.
Rama mencium manja pipi istrinya.
"Karena aku belum tahu kalau dia perempuan waktu itu, kamu sering memanggilnya boy."
"Karena dulu waktu SMA penampilan dia tomboy mas." Dicubitnya perut Rama.
Rama meringis kesakitan.
"Kenapa dengan Amanda?"
Ana terdiam sejenak.
"Aku ingin mas melanjutkan membalas email email Amanda tapi memakai email dan namaku."
Wajah Rama tampak kebingungan.
"Maksudmu?"
"Mas kan tahu, Amanda sering mengirim email ke aku, tentang kabar dia dan juga kondisi kesehatannya."
"Tapi kenapa harus memakai email dan namamu sayang?"
Ana memandang Rama, "Kondisi dia sedang rapuh mas, dan hanya aku yang bisa menjadi life support nya saat ini."
" Nanti akan tiba waktunya dia tahu aku sudah pergi, tapi jangan sekarang mas". Lanjut Ana.
"Sayang, kamu..."
"Akan hidup dan bertahan dan akan mengganggumu seumur hidupmu." Ana tersenyum pada suaminya.
Rama memasang wajah manjanya pada Ana.
"Ini email emailnya, nanti mas baca- baca dulu. "
"Memang sakit apa dia?" Tanya Rama.
"Bipolar. " Jawab Ana singkat sambil mengecek emailnya.
"Apa dia tidak punya teman di sana?"
Ana mulai tampak kesal menaggapi pertanyaan-pertanyaan Rama.
"Makanya mas baca nanti ya."
Rama tersenyum melihat istrinya tampak kesal padanya.
"Mau tanya Bipolar Disorder nggak nih sekalian?" . Ana menyindir Rama.
Rama tertawa dan memeluk Ana lalu membiarkan kepala suaminya berada di dadanya sambil memeluknya.
Ingin rasanya Ana menangis karena akan kehilangan moment-moment ini, tapi dia tahu dia harus kuat dihadapan Rama.
Dia tidak ingin melihat Rama selalu bersedih melihat kondisinya.
"Jangan tinggalkan aku ya sayang. Kamu harus kuat dan bertahan."
Ana mengelus lebut rambut Rama.
"Iya mas.". Ana menjawab singkat.
"Janji." Rama menyodorkan jari kelingkingnya.
Terdiam sejenak, lalu Ana mengaitkan jari kelingkingnya ke kelingking Rama.
"Janji."
Namun Ana tak bisa menepati janjinya pada Rama.
Dia menyerah melawan keganasan kanker ditubuhnya.
***
Seorang perempuan cantik masuk kedalam cafenya yang sudah tutup dan menghampiri Rama lalu mengulurkan tangannya.
"Amanda."
Rama terkejut lalu dengan ragu membalas uluran tangan Amanda.
"Rama."
Mereka terdiam,
"Maafkan aku telah berbohong selama enam bulan ini..." Rama melepas genggamannya.
"Tidak ada yang bisa menolak rayuan Diana." Ana tersenyum lalu disambut tawa Rama setelah hampir setahun kepergian Ana.