Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Saya Maryam, Dok. Sorang pelacur." Gadis itu berkata santai pada cermin kecil. Sekarang ia mengenakan dress anggun berwarna putih. Cocok sekali dengan kaki jenjangnya.
"Pelacur?" Pria didepannya ternganga beberapa detik.
"Yup." Terlihat sederhana klausa itu, padahal nadanya begitu menekan.
"Umm baik. Apa yang ingin kau bagi, Maryam?"
Gadis belasan tahun itu menutup cermin bedak ditangannya. Kakinya sengaja ditengadahkan, agak menarik untuk pria paruh baya didepannya. Namun demi profesionalitas, pria itu diam.
"Aku ingin berhenti, Dok. Ini sangat menyakitkan sekaligus begitu miris."
Pria itu mengangguk.
"Sejak umur berapa?"
"Aku tak tahu pasti. Tapi sejak kecil memang aku senang bermain dengan kelinci itu."
Trauma? Pria itu bergumam.
"Bagaimana kehidupan keluargamu, Maryam?"
"No bad. Seluruhnya normal."
"Apa kau pernah mengalami pelecehan verbal maupun lain itu?"
Maryam menggeleng, rambut panjang terikatnya terjuntai jatuh kepundak.
Sial. Pria didepannya mengumpat sedetik setelah Maryam mengambil pena yang jatuh tepat dikakinya.
"Bantu hentikan candu ini, Dok. Just it." Maryam mengerling, memegang paha pria didepannya untuk berdiri.
"Kau tahu, Maryam? Dalam beberapa kasus kecanduan dalam suatu hal itu hanya bisa sembuh dengan melakukan hal itu secara konsis. Maka lambat laun suatu hal itu akan menjadi sebuah habbit, yang mana tentu akan menjadi suatu hal yang jenuh. Kau paham maksudku? Sesederhana ketika kau kecanduan masturbasi, dan kau secara berkala melakukannya sebanyak mungkin. Maka kau akan menemukan titik jenuh dalam aktivitas itu. Kau paham, Maryam?"
Maryam tersenyum.
***
Seminggu kemudian terjadi kekacauan besar diberbagai media. Maryam adalah korban.
***
"Bagus. Cek rekeningmu."