Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Atensi
4
Suka
5,518
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Jelas saja ibunya bunuh diri, sikapnya saja benar-benar tidak manusiawi."

"Aku yakin sekali, ibunya pun tidak sanggup menghidupi perempuan sepertinya."

Bisikkan itu terdengar begitu jelas, hingga si yang dibisikkan menoleh murka, segera saja, yang ditatap memilih mengalihkan pandangan. Sang gadis berteriak mengancam. "Sekali lagi kalian membicarakan ibuku, kupastikan akan mematahkan leher kalian satu per satu." Kericuhan melingkar di koridor berubah menjadi hening mencekam digantikan oleh pekikan kesakitan, kala, si gadis mendorong telak dua pembisik di belakangnya.

Gadis pembrontak itu bernama Quinza.

Bukan terlahir benar-benar sebagai Queen, tetapi hanya Quinza gadis biasa, gadis pemberani bermata tajam bermulut kasar, gadis miskin yang sudah tidak memiliki sesosok ibu, gadis tak punya teman yang dianggap penyebab kematian ibunya.

Sebenarnya tidak ada bagian menarik darinya, Albern menyadari itu, ia tidak pernah mempedulikan bagaimana sikap Quinza menghadapi tiap orang yang membicarakannya di belakang, tidak ingin ikut campur apa lagi menjadi pahlawan kesiangan bak pangeran di negeri dongeng. Namun, beberapa alasan tak masuk akal membuat Albren tidak bisa mengalihkan atensinya dari sang gadis, seolah seluruh sistem kerja syarafnya berfungsi secara spontanitas untuk segera memperhatikan semua sikap Quinza, terutama ketika, Albren melihat sisi lain seorang Quinza dengan mata-kepalanya sendiri, sisi lain yang entah mengapa membangunkan sebuah keinginan aneh untuk melindungi, keinginan besar untuk menjadi penghalang bagi mereka agar tidak lebih jauh menyakiti gadis itu.

Tepat hari itu, ya hari itu, hari di mana Albren berubah menjadi seseorang yang tak bisa mengenali dirinya sendiri, bila menyangkut gadis bernama Quinza tanpa nama belakang.

"M-maaf... aku... b-b-bisakah Dokter mengobati kucing ini?"

Suaranya terdengar kelu seakan habis menangis, suara khas yang tak perlu seorang jenius untuk mengenali sang pemilik suara. Dia yang sering berkoar mengatakan tidak takut pada siapa pun, menjadi pribadi dingin tak tersentuh, tanpa mempunyai teman, pula ia yang sering mengancam penuh sumpah serapah pada mereka yang membahas kematian ibunya, kini menjadi lemah hanya karena seekor kucing. Kebetulan, Albren tidak sengaja sedang mengunjungi kakak tertuanya yang bekerja di rumah sakit hewan, selagi menunggu di ranjang samping tertutupi gorden kebiruan tebal, Albren mendengar segalanya di sana, mendengar bagaimana percakapan Quinza dengan kakaknya.

"....kupikir d-dia amat kesakitan, salah satu matanya bengkak dan merah, ma-maaf Dok, kucing ini kotor, aku menemukannya di tempat pembuangan sampah...."

Dan beberapa kalimat isak tertahan dari bibir pucat Quinza, sudah mampu membuat Albren memikirkannya sepanjang waktu. Albren mengingat bagaimana memorinya merekam ekspresi dikeluarkan Quinza menatap kucing dalam pelukannya, tersenyum melegakan, berbisik lirih: 'Sekarang kau akan baik-baik saja.' Ia berbicara tanpa menyadari kondisi tubuhnya sendiri yang dikatakan tidak begitu baik. Rambut terikat kusut, berpakaian kusam, beserta wajah seputih mayat, yang diduga Albren si gadis belum mengisi perutnya sama sekali.

Dengan hal sesederhana itu, Albren berubah: menjadi pengamat seorang gadis miskin tanpa marga, selalu berada di tempat di mana Quinza meladeni satu per satu musuhnya yang masih saja membicarakan kematian sang ibu. Selanjutnya, seperti jantung memompa peredaran darah ke seluruh tubuh, Albren Lancashire melangkah menghampiri si gadis, menarik pergelangan tangan Quinza ke dalam jangkauannya, agar tidak terkena lemparan telur dari beberapa mereka yang membenci keberadaan seorang gadis pembrontak bernama Quinza.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Kasihan 😢😢😢
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
sweet girl
naufal maulana
Flash
Atensi
Art Fadilah
Cerpen
Bronze
Lost Stars
Vitri Dwi Mantik
Novel
Gold
The One
Bentang Pustaka
Flash
Bronze
Kepada Karang
Zasenja
Novel
Edelweiss
Musim semi
Flash
Gerbong Nomor Sepuluh
Galih Citra
Novel
Gold
Pelik
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Benci tapi Cinta
Yulida
Novel
Bronze
BERLINE'S LIFE
Friska Lesin
Novel
Puisi Terakhir
yoursweetcrush
Novel
Bronze
Ina : Ikatan Kita
Melon Soda Honey Lemon
Novel
Mawar Biru
zee astri
Flash
MENANTIMU DI STASIUN SOLO BALAPAN
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
Lost and Fund
TYSPS
Rekomendasi
Flash
Atensi
Art Fadilah
Flash
Kedamaian di Dalam Air
Art Fadilah
Flash
Naive
Art Fadilah
Flash
Aruna Mengerti
Art Fadilah
Novel
Peti Uang
Art Fadilah
Cerpen
Naive
Art Fadilah
Flash
Hujan dan Bunga
Art Fadilah
Cerpen
Mereka Menyebutnya Pemeran Antagonis
Art Fadilah
Flash
Empati Sederhana
Art Fadilah
Flash
KoiN
Art Fadilah
Flash
KoiN 2
Art Fadilah
Flash
Perempuan Evolusi
Art Fadilah
Novel
Darkpunzel
Art Fadilah
Flash
MAMA
Art Fadilah
Flash
ToxiC
Art Fadilah