Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Explore
Pilihan
Genre
Berpisah Dari Dreki
Dreki itu nyata
Berpisah Dari Dreki

“Apa kamu masih melihatnya?” tanya wanita lembut di depanku.

Aku menggeleng. “Sudah dua pekan ini aku tidak bertemu dengannya lagi.”

Dia mengangguk sambil mencatat sesuatu. Asap dari gelas susu cokelat dan cangkir kopi mengepul tipis. Tidak peduli berapa kali pun aku menolak untuk diterapi, mereka tidak bisa dikalahkan.

“Ibu tidak mengharapkan apa-apa, Fiana. Kejujuran adalah segalanya.” Ibu menatapku dengan mata teduhnya.

“Iya, aku paham. Kita sudah janji, jadi aku tidak bakal melanggarnya.”

Aku belum cukup bijak ketika harus berurusan dengan rahasia. Atau lebih tepatnya, aku tidak tahu cerita mana yang sebaiknya disimpan, dan mana yang boleh dibagikan. Hasilnya, naga merah bermata keemasan yang hidup di belakang rumah kami pun menyebabkan interogasi pagi ini.

Ibu adalah mata-mata untuk psikiater keluarga.

“Fian, kamu boleh bercerita soal naga.”

“Dreki?”

“Iya, Dreki. Ibu suka mendengarnya.”

Omong-kosong. Dia hanya sedang menyelidikiku. Sudah lebih dari tiga pekan rumahku menjadi sarang penyelidikan. Ayah mendadak menunjukkan buku berisi beragam jenis naga, kakak laki-lakiku mengajakku belajar menggambar dua jenis naga Eropa, dan ibu sangat bersemangat ketika kuceritakan soal Dreki.

Sekarang sudah tidak lagi. Aku sudah tidak berminat membahas soal hewan berkulit merah tebal dan bersisik tersebut.

Aku menggelengkan kepala. “Apa aku sudah boleh pergi ke kamar? Aku harus mengerjakan PR sekarang karena nanti malam mau nonton.”

Ibu menghela napas, lalu tersenyum. “Iya, boleh, tapi habiskan susumu.”

Aku beranjak. “Iya, aku bakal habiskan di kamar.”

Remaja 16 tahun sepertiku jadi diperlakukan seperti anak-anak. Mereka seharusnya bisa bersikap lebih natural kalau ingin mengamatiku. Asal tahu saja, aku mulai paham bagaimana caranya menyimpan rahasia.

Pintu kamar kututup, namun ekor mataku menangkap kamera tersembunyi yang mereka selip di antara deretan foto yang kutempel sebagai hiasan di dekat meja belajar. Aku tidak berbohong soal mengerjakan PR, namun jendela berkaca bening di samping ranjang adalah rahasiaku.

Dreki mengintip di sana.

Aku meraih ponsel, kemudian pura-pura menerima panggilan. Sambil berdiri menghadap jendela, aku berbicara dengan teman ajaib pertamaku.

“Kamu bosan?”

“Iya. Kapan kamu bisa membawaku ke hutan belakang rumah?”

“Kenapa tidak pergi sendiri?”

“Aku bisa, tapi sendirian itu membosankan.”

“Aku tidak mungkin sering-sering ke sana sekarang. Nanti ketahuan.”

“Padahal, aku nyata.”

“Menurutmu, menurut kita berdua. Aku bakal cari cara.”

Dia melengos. Matanya hanya sedikit lebih kecil dari jendela kamar. “Padahal, aku sudah membantu kakakmu lolos dari kecelakaan mobil.”

“Maaf, D. Aku benar-benar bakal mencari cara supaya mereka mau mendengarku tanpa berpikir kalau aku adalah orang sinting.”

“Aku tunggu.”

Kepakan sayap menimbulkan bunyi desakan angin yang meniup dahan dan dedaunan.

_

13 disukai 11 komentar 8.7K dilihat
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Kayaknya bentar lagi balik krn udah buatkan FF buat dia, hahahaha
ya ampun dia masi ngambek ternyata :') baliklah dreki
Dreki ini dulu temenku, tapi dia kabur karena kujanjiin mau dimasukkan ke dalam naskahku, tapi enggak kugarap-garap juga. Hehehehe...
Wwau mau pelihara naga juga 🥺 semoga dreki ngga ngambek lama" deh
Keren banget ceritanya... Suka suka
Ho'oooh, she is...
Wah, kristal child nihh...
Alhamdulillah, thenkyuu, mbak Naraya
uniq and interesting story..
Terima kasih banyaaak... Sayangnya, genre fantasi enggak tersedia di FF, jadi kumasukkan ke drama deh. Tapi, isinya teteeep fantasi...
Saran Flash Fiction