Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Bunga untuk Mama
3
Suka
5,118
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Mama! Mama! Liat deh Tika bawain Mama bunga."

"Tika... Itu bunga dapet dari mana?"

"E-emm... Dari Oma yang disana! Yang itu, yang pake baju warna biru muda." Aku menunjuk kearah sebrang jalan.

Waktu dulu Aku menyukai bunga. Buatku semua yang paling indah cuma ada tiga hal, Mama, bunga, dan lukisan karya Mama.

Bagaimana dengan Papaku?

Entahlah... Mama selalu sedih kalau Aku bertanya tentang Papa dan Aku tak ingin Mama bersedih, jadi Aku tidak pernah bertanya lagi.

Seiring berjalannya waktu, teman-temanku mulai bertanya, "Mana Papa kamu? Kok, kalo pulang dijemputnya sama Mama kamu terus?"

Deg...

Ahh... Padahal Aku sudah mencoba segala cara untuk menghindari pertanyaan itu, tetapi mau sekeras apapun Aku mencoba menghindar, pada akhirnya pertanyaan itu tetap harus Ku jawab.

Pulangnya Aku bertanya kepada Mama dimana Papaku . Mama tersenyum, tapi bukan senyum bahagia. Mama menceritakan tentang Papa. Kata Mama, Papa itu tidak sebaik yang kupikirkan. Papaku selingkuh dengan cewe lain disaat Mama hamil. Walau Mama berkata sudah merelakannya dan memaafkannya, tapi tidak denganku. Hatiku terasa bercampur aduk, tapi satu hal yang dapat Ku katakan, "Br*ngs*k!".

Mama hanya terdiam untuk beberapa saat, lalu berkata, "Nak, kamu tau kenapa Mama suka melukis?". Aku menganggukkan kepalaku.

Lalu mulai merangkai potongan-potongan cerita Mama bagaikan menyusun kepingan puzzle.

Ahhh...

Aku merasa bersalah. Mama melukis karena itu bagian dari terapinya dan akar masalahnya ada di masa lalu Mama, dan aku malah membasahi kembali luka Mama yang sudah kering. Dan seketika, mataku terasa hangat, air mataku berjatuhan. Mama terdiam sambil memelukku.

Setelah beberapa saat Aku menangis, Mama memberiku nasihat, "Itu cuma masa lalu yang sudah berlalu, jadi kamu tidak perlu menangisinya. Tapi, hari ini dan esok itu bagaikan kertas kosong, yang kamu perlukan hanyalah menulis kelanjutannya. Jadi... Jangan sia-siakan masa kini ya, Tika? Mama gak mau kamu bernasip sama kayak Mama."

Cuma itu yang Mama katakan untukku. Dan entah kenapa, perasaanku tidak enak. Mama gantung diri esoknya, besertakan sepucuk surat.

Itu adalah hari yang berat bagiku, itu terakhir kalinya Aku berbincang dengan Mama, dan nasihat terakhir dari Mama. Setelah 5 tahun, akhirnya aku bisa merelakan Mama.

"Mama, Tika dateng. Maap ya, Tika baru dateng sekarang. Tika bawain Mama bunga, tenang aja Tika enggak ngambil sembarangan, kok." Hatiku sudah merelakan Mama sekarang.

******

"Sepertinya kali ini kau yang menang ya, nyonya malaikat."

"Tentu saja... Seperti yang Kukatakan 5 tahun yang lalu, dalam menjalankan hidup ini menjadi yang pertama bukan berarti menjadi pemenang, tapi yang bertahan dia yang menang."

"Yah... Harus Ku akui, anak itu memang tangguh. Bahkan setelah Mamanya mati pun, ia tetap bertahan. Jadi siapa yang akan kita uji ketangguhannya untuk selanjutnya?"

"Entahlah... tapi yang pasti poin kita saat ini seri. Kau punya Mamanya dan Aku punya anak itu. Benar kan, tuan iblis?"

"Heh... Baiklah, mari kita cari peserta ujian selanjutnya."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Setengah Ibu
Larose
Novel
Gold
PCPK My Cake Shop 2
Noura Publishing
Komik
Sad neighbor
awin anugra arif
Flash
Bunga untuk Mama
myollaa
Novel
Bronze
Zean & Zola
Ninda Ra
Novel
Bronze
Hai Bos
Tri Utari
Novel
Gold
PCPK Dance Dance Dance
Noura Publishing
Flash
The City Of Gold
Wanudara Haruta
Novel
The Liar and His Flower
Sf_Anastasia
Novel
MIKA PELAYAN SENSI
Euis Shakilaraya
Novel
Bronze
Sofia
silvi budiyanti
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Novel
Bronze
Janji palsu ayah anakku
Suci maisarah
Flash
SEMBUH
Rolly Roudell
Novel
Kreator & Kacamata - The Anthology
Kosong/Satu
Rekomendasi
Flash
Bunga untuk Mama
myollaa
Novel
Mayo journal: 365 days
myollaa