Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hari sudah amat larut, tetapi suasana di ruangan temaram itu masih dipenuhi kesibukan. Suara tombol ditekan pada papan ketik terdengar begitu merdu, seiring lembar kertas putih pada layar komputer mulai dipenuhi larik-larik kata. Dunia saat ini seakan berpusat pada seorang pria yang tengah berkutat dengan ide di kepala, serta serangkai kalimat untuk membentuk sebuah cerita paling menakjubkan yang pernah ada.
“Ah, sial!” Pria itu mengumpat keras usai membanting papan ketik dengan cukup keras, hingga menyentak seseorang yang sedari tadi turut menemaninya. “Aku buntu! Aku perlu ide baru yang lebih mengerikan!”
Embusan napas kasar terbanting di udara. Mewakili amarah yang mulai membara dalam dada. Bahkan seekor lalat yang tadinya hendak hinggap di atas makanan yang teronggok pada meja, seketika enggan saat merasakan kemurkaan kelam di sekitar.
“Aku punya ide!”
Seruan itu membuat si pria seketika menoleh, menatap sosok di sampingnya dengan tajam. Cahaya lampu kekuningan tepat di atas kepala membuat sosoknya tidak jelas kelihatan. “Apa?”
Seringai tajam terlukis indah di bibir, iris matanya tampak berkilat kesenangan. “Bagaimana dengan kisah novelis berjenggot yang menjadi pembunuh utama semua tokoh ceritanya? Bukankah itu menarik?”
Pria itu tampak berpikir sejenak, sebelum kemudian menggebrak meja dengan keras. Berbagai benda di atasnya turut melompat—tidak sanggup menahan serangan. “Kau menyindirku!”
Lalu, suara tawa mengerikan itu menggema ke segala sudut ruangan 4x6 meter persegi yang diisi oleh berbagai macam rak di sisi. Juga turut menciutkan nyali seorang pria muda yang terjebak di sana. Korban selanjutnya.