Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Explore
Pilihan
Genre
I-phone , Bukan Jodohku ( Selamat Jalan I-phone 12 )
Kisah tukang kopi dan hp bututnya yang mulai rusak yang selingkuh dengan iphone 12
I-phone , Bukan Jodohku ( Selamat Jalan I-phone 12 )

"Kamu jahat!"

"Maksudmu?"

"Kamu udah gak kayak dulu lagi," jawab Si Omi dengan kecewa.

Namanya Omi : Xiaomi Redmi 2. Tak pernah kusangka dia bakal menjadi teman dalam hidupku. Dia adalah sebuah hadiah dari sepupuku yang kasihan denganku. Saat pertama kali mengenalnya, kondisinya sudah tak perawan : layarnya retak, dan dayanya hanya satu jam saja. Tapi yang namanya jodoh, apapun kondisinya pasti kuterima. Walaupun itu kepaksa.

Bibirku bergetar, "gue gak pernah sayang ama lo."

"Kamu jahat."

"Kamu make aku, cuma buat dapatin dia?" Si Omi protes denganku yang ngincer Iphone gratisan. "Emangnya aku semurah itu?"

Ya, emang semurah itu. Dijual ke konter tukang soang pun, paling cuma dapat gopek. Itu pun duitnya palingan dipake kerokan.

Si Omi mengeluh, "kamu say—"

"Diam. Aku lagi sibuk!" Kupijit-pijit tubunya, dan dia pun tak bisa menolak. " Yamete..." katanya. Dan aku pun tidak peduli. Mau layarnya retak kayak tanah kemarau pun, hanya engkaulah teman setiaku dalam mengetik. Engkau mungkin tak kuat bermain FF, tapi setidaknya dengan layar sempitmu aku masih bisa terhubung dengan orang-orang yang kusayang.

Dia adalah senjataku menaklukan dunia sastra. Tujuh hari tujuh malam, aku terus memakainya. Walaupun kondisinya sedang tidak sehat. Lepas 10 menit saja dari colokan, dia bakal shutdown dan amnesia.

Aku bangun tengah malam. Kucheck Kwikku, dan ternyata hasilnya gagal maning. Ternyata I-phone belum jadi jodohku. Ah, seandainya aku anak sultan sudah kubeli dia di Shopee atu kujual ginjalku. Sayangnya, dia tak seberharga itu. Aku masih ingin seblak.

Dengan mata yang bernanar kusentuh kembali Si Omi . Perjuangannya belum berakhir.

"Hahaha," Si Omi ketawa terbahak. Dia bangga aku kalah telak.

"Sialan kamu!" aku memakinya. "Gue ceburin ke balong, mampus lu!"

"Ceburin aja, ceburin!" ucapnya dengan ngotot.

Ya, lihat saja nanti, kelak ketika dapat I-phone kan kuhantamkan dia pada batu biar bocor atau kulempar dia ke rel, biar digiles sampe penyok.

"Sebenarnya aku tak berniat menduakanmu. Jujur aku pun bukan tak suka Poligaming soal urusan hp."

"Maksudmu?" Layarnya berkedap-kedip kayak di film-film setan.

"Seandainya aku dapat Iphone, aku akan menjualnya dan menukarkannya dengan kulkas...," ucapku dengan murung. "Buat PS5 juga sih." bisikku.

"Eyang Elgi sudah meninggal, "curhatku. Kulkas butut itu kuberi nama Eyang Elgi. Sudah 15 tahun, menemaniku sejak aku masih kecil ketika aku masih belajar cebok sendiri. Sekarang dia sudah tak sedingin dulu lagi.

"Kakanda...," Si Omi menarik nafas dalam-dalam. Suaranya fals. "Pake aja aku sepuasmu...."

Aku terdiam.

"Umurku sudah tak lama lagi," katanya dengan nada yang sendu. "Penyakitku sudah parah. Batereiku sudah bengkak, dan aku kecanduan di colok. Tanpa colokan aku tak bisa hidup."

Bola mataku mulai berair.

Tak sengaja kecolok angin.

"Mi...," aku bicara pelan." Aku punya surprise buatmu..."Kukeluarkan sebuah amplop putih, saat kubuka sepuluh lembar daun warna merah menyala-nyala di depannya. "Setelah lebaran, aku akan membuangmu dan menggantikanmu."

Si Omi tak menjawab. Dia mati total.

Epilogue : Di sebuah tong sampah, diantara belatung-belatung yang berdansa, nampak benda kotak berwarna hitam.Sudah sepuluh tahun dia disana, menunggu pemilik baru. Sayannya, no one care. Di luar, ada lelaki, berbaju ala bisnisman begitu asyik dengan hp barunya : I-phone 30.

6 disukai 5 komentar 5.7K dilihat
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
haha, bekas orang hpnya. perawan tua malahan
Jadi, omi sdh tdk perawan... Ap yg telah kau perbuat, anak muda... 🙈
Thank yu, kubuat asal. Asal senang...

Asli keren diksinya..
Tapi.... NB: Yamete..
Hasil anime atau entahlah..🤣🤣
bagaimana sobat kwikku, hp kalian masih pada sehat kah?
Saran Flash Fiction