Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
14
Suka
5,904
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Carilah kebahagiaan, maka kau akan menemukan rasa sakit. Carilah rasa sakit, maka kau akan menemukan kebahagiaan. Karena, meski kebahagiaan dan rasa sakit tidak menimpa seseorang secara bersamaan, seseorang yang memburu salah satunya, biasanya dipaksa untuk menerima yang lainnya.

Setelah empat jam berkendara dari kota Cirebon, pada pukul satu siang, sampailah kau di Palasari. Navigasi satelit yang kaugunakan mengatakan, sebentar lagi titik yang kautandai segera terlihat. Kausentuh jendela dengan tangan kananmu, lalu berusaha meresapi embun yang mengendap di kaca. Kau mengandalkan jarimu untuk menyerap sejuk udara yang diembuskan dedaunan. Ketika kabut-kabut mendekatimu—atau kaulah yang mendekatinya, kau terpukau. Segalanya bagai dalam lukisan China kuno, dengan sisi-sisi yang memudar. Andai kautahu nama-nama mereka—barisan gunung itu, barisan bukit itu, barisan pohon itu. Andai kau mengenal dan mengingat semua nama jalan yang kaulewati. Kauingin mencatat segalanya karena kenangan selalu penting bagimu. Kautakut hari-harimu gugur bersama daun-daun.

Kau mengendurkan kakimu pada pedal gas, lalu berharap dapat mendengar setidaknya tiga lagu sebelum sampai di tujuan. Tak kaupedulikan rasa letih yang mulai menjalar di punggungmu. Tak kauindahkan ngilu yang mengalir di tubuhmu. Ketika kabut menipis, kau melihat puncak penginapan itu—penginapan yang menjadi tujuanmu berkendara sejauh ratusan kilometer. Kau teringat empat bayi kura-kura yang kautinggal di rumah. Kau berharap, setelah empat hari tidak dijemur dan diberi makan, saat kaukembali, semuanya masih hidup.

Seraya mengikuti arahan navigasi satelit, kau berbelok di tikungan. Hujan yang sejak tadi hanya mencurahkan gerimis, segera menjadi lebat, seolah Tuhan tak sengaja menyenggol gelas hingga isinya tumpah. Kau sudah berhasil mendengar dua lagu. Sekarang, denting piano memulai lagu ketiga. Kauingat, ketika pertama kali mendengarnya, kau masih kelas tiga SMA. Kau menyalakan wiper yang baru kauganti dua hari lalu dan terkejut karena sapuannya begitu bening, meski sepersekian detik kemudian, buram kembali datang bersama hujan yang merapat seiring laju roda.

Karena ada perbaikan jalan di depan rumah makan Sunda, kau harus mengendarai mobilmu dengan sangat hati-hati. Beberapa pengendara yang ingin bersantap siang memarkir mobil-mobil pada bagian kiri jalan—membuat mobil lain yang hendak lewat harus berupaya tidak menyentuhnya.

Penginapan yang kautuju tersembunyi di antara permukiman warga. Sekilas, bangunan itu tidak lebih tinggi dari tiga lantai. Lobi berada di lantai dua belas. Setelah kau memarkir mobilmu di pelataran, seraya mendorong troli, seorang pria menghampirimu. Kau melambaikan tangan. Takperlu, biar aku bawa sendiri, ujarmu, ketika dia mendekat. Kau memasuki pintu dengan menyeret dua kopor, lalu berdiri di depan meja resepsionis. Karena masih pukul setengah dua, kau harus menunggu setengah jam untuk reservasi kamar. Kaududuk di bangku, di hadapan meja yang disangga dua patung harimau.

Kau mendapat kamar nomor 107 di lantai satu. Kebun dan kolam renang kecil sedalam satu meter melengkapi beranda. Suhu dua puluh derajat celsius membuat air kolam menjadi sedingin es. Kau tak ingin berenang. Kau hanya ingin mengenang. Karena beranda mengarah ke tenggara, Matahari terlihat samar. Di belakang bukit-bukit, ada gunung yang seolah dilukis dengan warna hijau pucat. Kaurapatkan jaket, lalu mengambil foto istri dan anakmu yang beberapa tahun lalu menemanimu menginap di sini. Kau tak ingin menangis, tapi air matamu mengalir begitu saja.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Perasaan yang sulit diungkap tapi hanya bisa dirasa apabila berkaitan dengam kenangan. Apalagi pernah mengisi hati.
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Langkah Parau
Khairunnisa
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Apakah Kampus Hanya Melahirkan Sarjana sebagai Sekrup Kapitalis?
Habel Rajavani
Novel
Bronze
PATAH HATI SEORANG AKTIVIS
Embun Pagi Hari
Novel
Unmeasured Bread
zeytanzil
Novel
Bronze
Sang Pelancong
Adrian Syahminur
Cerpen
Bronze
Cikgu Cleo
Foggy F F
Novel
Bronze
Rasa yang hilang
Ratihcntiia
Novel
Gold
PBC Girls
Mizan Publishing
Novel
Tante mira
djhexca
Novel
Gincu Merah Perempuan Penimbun Lada
Noor Cholis Hakim
Novel
Bronze
Koresponden
Ranang Aji SP
Flash
Bronze
Pelangi Cinta
Herman Sim
Flash
Yang Tak Pernah Berpihak
aliaputri
Novel
Bronze
PENGANGGURAN CUMLAUDE
Abdul Khair
Rekomendasi
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Cerpen
Catatan Harian Pak Treng
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar