Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Terbaik Selamanya
1
Suka
5,171
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Di pengujung semester 1, semua guru telah menyampaikan semua materi. Beberapa guru menghadirkan urusan masing-masing sementara tugas dibebankan. Hasilnya jam kosong mengikis jumlah siswa di kelas.

“Ah, bosen.”

Penghuni IPA 3 memang banyak yang sanggup bertahan di tengah situasi membosankan tersebut. Namun, sebagian besarnya hanyalah orang malas yang terus bicara, tidur atau pijit-pijit gawai. Sebagian lainnya ada di kantin atau menyibukan diri di ruang ekstrakurikuler atau di lapangan. Kaum kepentingan ini lebih sibuk bicara liburan. Tugas-tugas yang dibebankan pun menjadi mitos.

Jiro ikut ternilai sebagai murid malas. Dia duduk di meja kedua sedang menatap keluar jendela. Semua beban tugas sudah selesai. Dia memanfaatkan waktu kosong itu untuk menyendiri dan menghilakan hawa keberadaannya. Namun, indra Addin lebih tajam. Dia bicara dengan semangat yang tinggi.

“Tugasmu selesai?” tanya Jiro.

“Ahhh, kawas anu teu nyaho urang we. Tugas, tugas ..., gandeng lah, lieur urang mah. Pancen rengse?

Jiro membalasnya, “Ya, semuanya.”

Sa-LKS? Kabeh?”

Percakapan itu terbentuk dan semua penghuni kelas selain mereka tidak memerhatikan. Namun, semua itu hanyalah penampakan luarnya. Semua siswa yang hadir telah melatih konsentrasi hingga mampu menguatkan panca indra.

Inilah saatnya.

Berbulan-bulan waktu yang dihabiskan untuk mencapai akhir semester telah digunakan untuk mendengarkan guru-guru yang silih berganti mengoceh bahkan sampai punya jadwalnya. Sebagian guru dapat diibaratkan angin sepoi-sepoi di bawah pohon teduh. Namun, pergerakan mata mereka sangat cepat. Siswa-siswi dilatih menguatkan kuda-kuda, kepekaan, dan menajamkan penglihatan. Sekali terlihat kuda-kuda kedur, kepala menunduk dan penglihatan menyempit, catatan dan nilai buruk keluar.

Sampai waktu istirahat datang, para murid tidak diberi kesempatan mundur. Untungnya anugerah tidak datang memilih tempat, siswa-siswi dapat merapal mantra sederhana “Izin ke belakang” untuk istirahat sejenak. Sayangnya, penguasa takkan pernah membiarkan hal itu terjadi. Mantra tingkat super pun dilancarkan, “Eh, eh ..., loba-loba teuing, tilu urang”. Para pejuang tentu kehabisan pilihan. Oleh karena itu tidak jarang, mereka ditemukan tak berdaya di tempat, pojok kelas bahkan UKS. Namun, keseharian inilah yang membuat mereka tumbuh.

Sekarang, ujian akhir semester tinggal hitung jari, hampir semua murid telah menerima hasil kerja kerasnya. Indra pendengaran mereka mampu mendengar suara dari berbagai sudut dan hal-hal kecil yang hampir tak terlihat sekalipun dapat terawasi. Ketika seseorang menyelesaikan tugasnya, mereka akan tahu sekecil apapun celahnya.

Yang berhadapan dengan gawai mengerahkan semua kemampuannya, menggerakan jari jutaan kali lebih cepat. Mengatasnamakan informan, seakan sudah siap dari lahir, mereka menganggap ini peluang berharga bahkan detail terkecilpun tidak terlewatkan. Hal inilah yang membangun kepercayaan dan terbentuklah sekte besar kerja sama.

Dalam waktu singkat, salinan-salinan disebarluaskan disembah-sembah seperti alkitab.

Golongan lain tentu tidak paham apa yang mereka kerjakan. Meski dijelaskan, seorang pun tidak akan mengerti. Namun, rumor-rumor yang harus dikatakan sepelan mungkin tersebar di antara golangan itu.

Keur naon barudak? Ka kantin hayu

“Bisnis, bisnis, sok tiheula we.”

“Oh, Tiheula atuh nya. Keudeung deui paeh lamun teu dahar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Oh, itu artinya. Paham😂👍
@semangat123 : Itu candaan aja artinya kira-kira "Duluan ya. Mau mati rasanya kalau gak makan."
Endingnya menggunakan B. Sunda ya Kak? 🤔 Maaf tak begitu paham saya, tapi B. Indonesia nya bagus 👍.
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Steviana
Kiki Misgiarti
Flash
Terbaik Selamanya
Bima Kagumi
Novel
Bronze
Felicity
agsa
Novel
Bronze
CERMIN DARI TIMUR
Greace Lee Mayer Ectas Latul
Novel
Bronze
KEDUA KALI
Novya
Flash
Rindu
Suci Asdhan
Flash
Broken Angel
Didik Suharsono
Novel
Bronze
ALUNA
Reza Lestari
Novel
Gold
After School Club
Bentang Pustaka
Novel
MARKESOT BERKOTBAH
Dudun Parwanto
Cerpen
Diary Devi
ArsheilaW
Novel
Genius Insane
Ilma Ilhami
Novel
Gold
Dear Prudence
Bentang Pustaka
Novel
Gaitha
Lisa Ariyanti
Novel
CINTA TERHALANG KRISMON
Lirin Kartini
Rekomendasi
Flash
Terbaik Selamanya
Bima Kagumi
Cerpen
04 Dia Tabib
Bima Kagumi
Cerpen
03 Rumah di Keabadian
Bima Kagumi
Flash
Pagi yang Damai
Bima Kagumi
Cerpen
Bronze
02 Balasan Penuh
Bima Kagumi
Novel
Proyek Superkuasa
Bima Kagumi
Cerpen
01 Pemuja
Bima Kagumi
Cerpen
05 Path to Happiness
Bima Kagumi
Flash
Jalan Setapak
Bima Kagumi
Novel
The Other Sides: Next World
Bima Kagumi
Novel
Proyek Superkuasa Part 2
Bima Kagumi
Flash
Hanya Sampah
Bima Kagumi
Novel
Dark Magic
Bima Kagumi