Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Terbaik Selamanya
2
Suka
10,449
Dibaca

Di pengujung semester 1, semua guru telah menyampaikan semua materi. Beberapa guru menghadirkan urusan masing-masing sementara tugas dibebankan. Hasilnya jam kosong mengikis jumlah siswa di kelas.

“Ah, bosen.”

Penghuni IPA 3 memang banyak yang sanggup bertahan di tengah situasi membosankan tersebut. Namun, sebagian besarnya hanyalah orang malas yang terus bicara, tidur atau pijit-pijit gawai. Sebagian lainnya ada di kantin atau menyibukan diri di ruang ekstrakurikuler atau di lapangan. Kaum kepentingan ini lebih sibuk bicara liburan. Tugas-tugas yang dibebankan pun menjadi mitos.

Jiro ikut ternilai sebagai murid malas. Dia duduk di meja kedua sedang menatap keluar jendela. Semua beban tugas sudah selesai. Dia memanfaatkan waktu kosong itu untuk menyendiri dan menghilakan hawa keberadaannya. Namun, indra Addin lebih tajam. Dia bicara dengan semangat yang tinggi.

“Tugasmu selesai?” tanya Jiro.

“Ahhh, kawas anu teu nyaho urang we. Tugas, tugas ..., gandeng lah, lieur urang mah. Pancen rengse?

Jiro membalasnya, “Ya, semuanya.”

Sa-LKS? Kabeh?”

Percakapan itu terbentuk dan semua penghuni kelas selain mereka tidak memerhatikan. Namun, semua itu hanyalah penampakan luarnya. Semua siswa yang hadir telah melatih konsentrasi hingga mampu menguatkan panca indra.

Inilah saatnya.

Berbulan-bulan waktu yang dihabiskan untuk mencapai akhir semester telah digunakan untuk mendengarkan guru-guru yang silih berganti mengoceh bahkan sampai punya jadwalnya. Sebagian guru dapat diibaratkan angin sepoi-sepoi di bawah pohon teduh. Namun, pergerakan mata mereka sangat cepat. Siswa-siswi dilatih menguatkan kuda-kuda, kepekaan, dan menajamkan penglihatan. Sekali terlihat kuda-kuda kedur, kepala menunduk dan penglihatan menyempit, catatan dan nilai buruk keluar.

Sampai waktu istirahat datang, para murid tidak diberi kesempatan mundur. Untungnya anugerah tidak datang memilih tempat, siswa-siswi dapat merapal mantra sederhana “Izin ke belakang” untuk istirahat sejenak. Sayangnya, penguasa takkan pernah membiarkan hal itu terjadi. Mantra tingkat super pun dilancarkan, “Eh, eh ..., loba-loba teuing, tilu urang”. Para pejuang tentu kehabisan pilihan. Oleh karena itu tidak jarang, mereka ditemukan tak berdaya di tempat, pojok kelas bahkan UKS. Namun, keseharian inilah yang membuat mereka tumbuh.

Sekarang, ujian akhir semester tinggal hitung jari, hampir semua murid telah menerima hasil kerja kerasnya. Indra pendengaran mereka mampu mendengar suara dari berbagai sudut dan hal-hal kecil yang hampir tak terlihat sekalipun dapat terawasi. Ketika seseorang menyelesaikan tugasnya, mereka akan tahu sekecil apapun celahnya.

Yang berhadapan dengan gawai mengerahkan semua kemampuannya, menggerakan jari jutaan kali lebih cepat. Mengatasnamakan informan, seakan sudah siap dari lahir, mereka menganggap ini peluang berharga bahkan detail terkecilpun tidak terlewatkan. Hal inilah yang membangun kepercayaan dan terbentuklah sekte besar kerja sama.

Dalam waktu singkat, salinan-salinan disebarluaskan disembah-sembah seperti alkitab.

Golongan lain tentu tidak paham apa yang mereka kerjakan. Meski dijelaskan, seorang pun tidak akan mengerti. Namun, rumor-rumor yang harus dikatakan sepelan mungkin tersebar di antara golangan itu.

Keur naon barudak? Ka kantin hayu

“Bisnis, bisnis, sok tiheula we.”

“Oh, Tiheula atuh nya. Keudeung deui paeh lamun teu dahar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
ih keren banget ini, gaya bahasa dan penceritaannya unik. meski aku masih harus mikir ulang menerjemahkan kembali dalam kepala soal kiasan kiasan dalam kalimat-kalimat di sini. Good🤩
Oh, itu artinya. Paham😂👍
@semangat123 : Itu candaan aja artinya kira-kira "Duluan ya. Mau mati rasanya kalau gak makan."
Endingnya menggunakan B. Sunda ya Kak? 🤔 Maaf tak begitu paham saya, tapi B. Indonesia nya bagus 👍.
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Hidden Memories
Rene
Flash
Terbaik Selamanya
Bima Kagumi
Novel
The Diary of The Unlucky Boy : A-Side
Jaydee
Novel
Guratan Jingga
Claudia Lazuardy
Novel
Bronze
Si pecundang dan cinta
mynx
Novel
Kepang Dua
Hary Silvia
Novel
Bronze
BAKA
Muhammad Adli Zulkifli
Novel
BOBI
Andika Putra Adi Prasetyo
Novel
Bronze
1121681
Delta
Novel
Steps
Emilia Nur maghfiroh
Cerpen
Bronze
Tentang Seorang yang Ingin Melempar Tahi ke Wajah Koruptor
Habel Rajavani
Novel
Hali
Tia Givanka
Komik
diantara kita ?
Selfia Wulandari
Novel
Bronze
Chaos
diannafi
Novel
Gold
Talijiwo
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
Terbaik Selamanya
Bima Kagumi
Cerpen
Bronze
02 Balasan Penuh
Bima Kagumi
Cerpen
04 Dia Tabib
Bima Kagumi
Flash
Pagi yang Damai
Bima Kagumi
Novel
The Other Sides: Next World
Bima Kagumi
Flash
Hanya Sampah
Bima Kagumi
Cerpen
03 Rumah di Keabadian
Bima Kagumi
Novel
Dark Magic
Bima Kagumi
Novel
Proyek Superkuasa
Bima Kagumi
Flash
Jalan Setapak
Bima Kagumi
Novel
Proyek Superkuasa Part 2
Bima Kagumi
Cerpen
01 Pemuja
Bima Kagumi
Cerpen
05 Path to Happiness
Bima Kagumi