Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Terbaik Selamanya
3
Suka
18,500
Dibaca

Di pengujung semester 1, semua guru telah menyampaikan semua materi. Beberapa guru menghadirkan urusan masing-masing sementara tugas dibebankan. Hasilnya jam kosong mengikis jumlah siswa di kelas.

“Ah, bosen.”

Penghuni IPA 3 memang banyak yang sanggup bertahan di tengah situasi membosankan tersebut. Namun, sebagian besarnya hanyalah orang malas yang terus bicara, tidur atau pijit-pijit gawai. Sebagian lainnya ada di kantin atau menyibukan diri di ruang ekstrakurikuler atau di lapangan. Kaum kepentingan ini lebih sibuk bicara liburan. Tugas-tugas yang dibebankan pun menjadi mitos.

Jiro ikut ternilai sebagai murid malas. Dia duduk di meja kedua sedang menatap keluar jendela. Semua beban tugas sudah selesai. Dia memanfaatkan waktu kosong itu untuk menyendiri dan menghilakan hawa keberadaannya. Namun, indra Addin lebih tajam. Dia bicara dengan semangat yang tinggi.

“Tugasmu selesai?” tanya Jiro.

“Ahhh, kawas anu teu nyaho urang we. Tugas, tugas ..., gandeng lah, lieur urang mah. Pancen rengse?

Jiro membalasnya, “Ya, semuanya.”

Sa-LKS? Kabeh?”

Percakapan itu terbentuk dan semua penghuni kelas selain mereka tidak memerhatikan. Namun, semua itu hanyalah penampakan luarnya. Semua siswa yang hadir telah melatih konsentrasi hingga mampu menguatkan panca indra.

Inilah saatnya.

Berbulan-bulan waktu yang dihabiskan untuk mencapai akhir semester telah digunakan untuk mendengarkan guru-guru yang silih berganti mengoceh bahkan sampai punya jadwalnya. Sebagian guru dapat diibaratkan angin sepoi-sepoi di bawah pohon teduh. Namun, pergerakan mata mereka sangat cepat. Siswa-siswi dilatih menguatkan kuda-kuda, kepekaan, dan menajamkan penglihatan. Sekali terlihat kuda-kuda kedur, kepala menunduk dan penglihatan menyempit, catatan dan nilai buruk keluar.

Sampai waktu istirahat datang, para murid tidak diberi kesempatan mundur. Untungnya anugerah tidak datang memilih tempat, siswa-siswi dapat merapal mantra sederhana “Izin ke belakang” untuk istirahat sejenak. Sayangnya, penguasa takkan pernah membiarkan hal itu terjadi. Mantra tingkat super pun dilancarkan, “Eh, eh ..., loba-loba teuing, tilu urang”. Para pejuang tentu kehabisan pilihan. Oleh karena itu tidak jarang, mereka ditemukan tak berdaya di tempat, pojok kelas bahkan UKS. Namun, keseharian inilah yang membuat mereka tumbuh.

Sekarang, ujian akhir semester tinggal hitung jari, hampir semua murid telah menerima hasil kerja kerasnya. Indra pendengaran mereka mampu mendengar suara dari berbagai sudut dan hal-hal kecil yang hampir tak terlihat sekalipun dapat terawasi. Ketika seseorang menyelesaikan tugasnya, mereka akan tahu sekecil apapun celahnya.

Yang berhadapan dengan gawai mengerahkan semua kemampuannya, menggerakan jari jutaan kali lebih cepat. Mengatasnamakan informan, seakan sudah siap dari lahir, mereka menganggap ini peluang berharga bahkan detail terkecilpun tidak terlewatkan. Hal inilah yang membangun kepercayaan dan terbentuklah sekte besar kerja sama.

Dalam waktu singkat, salinan-salinan disebarluaskan disembah-sembah seperti alkitab.

Golongan lain tentu tidak paham apa yang mereka kerjakan. Meski dijelaskan, seorang pun tidak akan mengerti. Namun, rumor-rumor yang harus dikatakan sepelan mungkin tersebar di antara golangan itu.

Keur naon barudak? Ka kantin hayu

“Bisnis, bisnis, sok tiheula we.”

“Oh, Tiheula atuh nya. Keudeung deui paeh lamun teu dahar.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
LOVE, ANDRA
Embun Pagi Hari
Flash
Surat Rindu Untuk Ibu
Tiansetian
Flash
Terbaik Selamanya
Bima Kagumi
Flash
Sudut Kamera
Aksara Dvaita Varna
Flash
Kopi 10 Menit
Binar Bestari
Novel
Bronze
Untuk Pertiwi
Amriyana
Novel
Gold
Bukan Salah Waktu
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Bagas Ayu... Puisi Jiwa untuk Cinta
Gie_aja
Novel
Bronze
TERIMA KOST PUTRA
Eko S. Ayata
Skrip Film
Jobless (Script Flm)
Writer In Box
Flash
Bronze
Hujan di Balkon
Risti Windri Pabendan
Cerpen
Bosku seperti tikus
Santi fardila
Cerpen
Tuan Pembawa Luka
A I K O
Novel
The Break Up Session
Gadis Pena
Novel
BANDARA CHANGI TUNGGU AKU 2
Iis Siti Napisah
Rekomendasi
Flash
Terbaik Selamanya
Bima Kagumi
Cerpen
Bronze
06 Sang Pengamat
Bima Kagumi
Cerpen
07 Raesha
Bima Kagumi
Flash
Pagi yang Damai
Bima Kagumi
Cerpen
お医者さんのリリスト
Bima Kagumi
Cerpen
05 Path to Happiness
Bima Kagumi
Cerpen
01 Pemuja
Bima Kagumi
Novel
Proyek Superkuasa
Bima Kagumi
Flash
Hanya Sampah
Bima Kagumi
Cerpen
03 Rumah di Keabadian
Bima Kagumi
Cerpen
Debu Pembangunan
Bima Kagumi
Flash
Jalan Setapak
Bima Kagumi
Cerpen
Regulasi
Bima Kagumi
Cerpen
08 Air Suci
Bima Kagumi
Cerpen
02 Balasan Penuh
Bima Kagumi