Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Kau mendengar kabar darinya?" wanita itu berjalan mondar mandir di halaman rumahnya, sesekali dia melihat jarum pendek jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Dia tak biasa-biasanya pulang selarut ini" ucapnya lagi sambil duduk di kursi teras nya.
"El, ada telepon untukmu" Danisa dengan raut muka sedikit panik memanggil elya yang masih duduk memandangi lampu jalan di depan rumah yang mulai meredup.
Dengan cepat dia mengangkat gagang telepon itu, air matanya pun terjatuh saat dia mendengar kabar mobil Ayana ditemukan oleh pihak kepolisian.
"Apa dia baik-baik saja?" tanyanya bergetar, tulang-tulang ditubuhnya pun rasanya tak kuat menopang tubuhnya mendengar penjelasan dari pihak kepolisian yang menelponnya.
Kabar kecelakaan itu pun mulai tersebar, esoknya karangan bunga mulai berdatangan memenuhi kediaman elya. Dia merasa sangat terpukul dengan kepergian ayana, saudari kembarnya itu.
"Tidak ada jasad, aku yakin dia masih hidup" Elya tenggelam menangis di pelukan danisa, sahabat dan juga teman sekamarnya itu.
"El, ikhlaskan kepergiannya, jangan menyiksa dirimu seperti ini, makanlah meskipun sesuap" bujuk danisa yang sudah membawakan semangkuk bubur untuknya.
"Aku tidak merasakan kepergian ayana, aku yakin dia masih hidup" tegas elya kembali, tak lama elya mendengar suara ketukan di pintu.
"Mungkin seseorang mengirimkan karangan bunga kembali" pikir danisa saat itu, namun elya merasa ada sesuatu yang menghampiri pikirannya, dia pun bergegas menuju pintu, tak ada seorang pun disana, hanya sebuah karangan bunga putih berdiri dihalaman rumahnya.
"Hara Corporation, tempat ayana bekerja" ucap elya menghampiri karangan bunga duka cita berwarna putih itu.
"El , ada surat" panggil danisa sambil berusaha mengambil amplop putih kecil yang terselip di balik kelopak bunga berwarna putih di karangan itu.
"Aku baik-baik saja, rahasiakan ini dari siapapun,aku akan menemui mu jika waktunya tiba, aku akan sangat merindukanmu, Ayana". Dengan mentitikkan air mata elya memeluk sepucuk surat itu.
6 bulan setelah kejadian itu, dengan sepakat elya dan danisha pun menutup rapat-rapat mengenai sepucuk surat itu.
Siang itu diruangan kerjanya, elya tengah siap-siap memulai harinya dengan menyeduh secangkir kopi, seperti biasa harinya di mulai dengan membuka berita di laptopnya dan menikmati kopinya.
"Kepolisian kota shipton menegaskan angka laporan orang hilang meningkat dari 81 ke 214 dalam rentang waktu 6 bulan ini, rata-rata yang melaporkan adalah orang tua yang melaporkan anak usia 18-27 tahun, dengan ini kepolisian kota shipton mulai melakukan tindakan tegas, dimulai dari pemeriksaan saksi dan juga penyelidikan di Hara Corporation, 6 dari 214 orang yang dilaporkan menghilang berasal dari perusahaan swasta terkenal yang memproduksi obat kanker untuk rumah sakit diseluruh dunia tersebut."
Kini muncul keraguan dalam hati elya, karena ayana termasuk salah satu dari 6 orang itu, kini dia pun mempertanyakan hati kecilnya yang masih mempercayai adik tercintanya masih hidup.
"Elya , Elyaaa ... cepat kita harus pergi dari sini" Danisa tergesa-gesa membuka pintu ruangan kerja elya dan langsung menarik tangannya.
Dengan panik danisa menyalakan mobilnya, dia pun menyetir dengan sangat kencang.
"Aku memberitahu ayahku yang bekerja di kepolisian mengenai surat ayana, 2 jam setelahnya aku melihat orang dari Hara Corp datang ketempatku bekerja dan melukai orang, ada sesuatu yang tidak beres disini" jelas danisa.