Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Stop!!" Kuhentikan langkahku dan memanggil Chris, kekasihku."Bagianku!" Kataku sembari mengulurkan tangan.
"Jangan disini!" ucapnya bersamaan dengan tangannya yang menggenggam saku jas merahnya.
Aku tetap pada pendirianku, tak merubah posisiku. Kugoyangkan tanganku yang terulur dan menaikkan alisku tanda aku tak menyerah. "Berlian merah dan kalung permata milikku, Chris!" Kutegaskan lagi bahwa barang hasil curian dari toko emas itu sebagian milikku.
"Kau tidak percaya padaku, Jessy?"
"Tidak!!"
"Ayo kita pulang dulu, sayang" Rayunya.
"Dan kau akan membuatku pingsan lalu menikmati hasilnya sendirian seperti terakhir kali?"
Dia tersenyum seperti orang bodoh. "Kali ini tidak sayang, aku janji! Bukankah kita sudah menulis kesepakatannya?"
"Hah!!" Kuturunkan tanganku dan kuhela nafas dengan kesal.
"Kemari, jangan cemberut sayang!" Ia mengulurkan tangannya dan aku menyambutnya. Ia merangkulkan tangannya dan menciumi ujung kepalaku hingga pipi dengan manja.
Sejenak kemudian, suara sirine polisi terdengar ditelinga kami. Untuk sejenak kami mematung, kuhela nafas berulang kali bersiap untuk pertarungan panjang.
"Chris!" Panggilku. "Kau tau aku sangat mencintaimu kan?"
Lelaki ini melonggarkan pelukannya, tapi tanganku tetap tak melepaskan genggamannya dipundakku.
"Kau menakutiku, Jess!"
"Tatap aku" kubawa tubuh Chris menghadapku.
"Aku punya firasat buruk" Jawabnya.
Cup!
Satu kecupan untuknya dan Chris dengan sigap menangkup wajahku hingga membuat ciuman kami lebih dalam. Aku tak membuang kesempatan, kumasukkan tanganku kedalam saku jasnya.
Begitu kudapatkan apa yang aku cari, kulepaskan ciuman kami dengan paksa. Kutendang dadanya hingga ia terjungkal.
"Hei!!" Marahnya. Ia dengan cepat menangkap kakiku, aku tersungkur kedepan. Kulayangkan tendangan pada wajahnya dengan kakiku yang bebas.
"Ahh! Jessy!!"
Ia menangkap kakiku lagi dan membuatku tersungkur. Ia menggapai tanganku dan membawa tubuhku berdiri.
"Kembalikan padaku, Jessy" ia merogoh bajuku dengan cepat. Dan secepat itu pula aku memukul wajahnya dengan tinjuku.
"Aku tak akan membiarkan kau menipuku untuk kesekian kalinya!"
"Jess!!" Ia dengan cepat berlari kearahku. Suara sirine semakin dekat. Dengan panik, ku keluarkan pisau kecil dari saku belakangku dan menggores lengan kanannya. Dengan tangan yang sama kulayangkan tinjuku dipipinya, kutendang ia hingga ia jatuh kesungai.
Byuurr!!
Aku berlari untuk melihatnya. "Damn you!! Bitch!! Mati saja kau!!" Umpatku. Tak lama, kepala Chris muncul. Kuacungkan jari tengahku dan berlari meninggalkannya.
"Aaaaaagggrrhh Jessy" Teriaknya.
Aku tak peduli pada si lelaki bodoh itu, biar saja ia membusuk dipenjara. Kuhempaskan tubuhku setelah selesai melakukan transaksi. Satu kalung berlian yang telah berubah bentuk tergantung dileherku dan tas baru dengan segenggam uang memenuhinya. Aku diam termenung.
"Kemana si brengsek itu? Sepi juga tak ada dia disini" kuayunkan kakiku yang menyilang. Sejujurnya aku sudah siap untuk berpesta. Tapi ini jadi tidak seru karena aku sendirian. "Dia sungguh ditangkap polisi? Apa si bodoh itu sebodoh itu? Aaarrgg!!"
Kuambil ponselku untuk menghubungi seseorang. Tapi belum sempat aku memencet nomor pada layar, kudengar suara langkah kaki dari luar.
"Polisi disini? Tidak mungkin!" Gumamku. Aku diam mematung dengan jempol yang menggantung di ujung layar.
Braakk!!
Pintu terbuka menampakkan seseorang yang tak asing bagiku.
"Lihat!! Aku hidup, bitch!!" Katanya sambil merentangkan kedua tangannya dengan sombong.
"Chriiiss!!" Aku tersenyum senang akan kehadirannya. Aku berlari memeluknya dengan cepat.
"Kau merindukanku setelah mengutukku, hah?" Umpatnya.
"Ayolah, kau tau aku mencintaimu"
"Aku juga, sayang!!"