Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Semuanya berawal saat kami datang ke tempat itu, Rumah besar. indah yang menghipnotis siapapun yang melihat, tak pernah terbayang di benak akan kesialan yang akhirnya menimpa, seseorang dengan mental sakit meneror kami, mengawasi dari pagi, siang dan malam. setiap menit tak ada ketenangan, rentetan kejadian mengerikan selalu menimpa, ketakutan menyelimuti setiap saat, sampai malam itu, puncaknya. Dia bangkit dengan memakai tubuh salah satu teman ku, mengatakan tentang neraka dan kebodohan kami sebagai manusia, teman ku seperti bukan lagi dirinya saat itu, tangan pucat dengan kuku hitam panjang, wajah hancur yang begitu menyeramkan, dengan membabi buta mengincar kami satu persatu satu, begitu ingin tak membiarkan siapapun hidup, seluruh benda di ruang tamu bergetar, jendela jendela terbuka dengan keras hingga kacanya hancur, angin berhembus kencang, tak ada yang bisa ku lakukan selain melihat teman ku yang lain mati karena tusukan Pisau yang tepat di jantung, bahkan dengan tidak manusiawi mengoyak isi perutnya keluar, melihatnya perut ku langsung ingin mengeluarkan seluruh isinya, tak lama mata itu menatap ku, dengan senyum mengerikan yang mulutnya terpenuhi darah, aku hanya bisa pasrah, kematian sudah terasa begitu dekat saat itu, hanya menangis dengan tangan mengepal yang bisa ku lakukan, berguna untuk menahan rasa sakit jika ia benar benar melukai ku, tapi tak ada yang ku rasakan sama sekali, saat mata ku terbuka aku melihatnya sudah terkapar dengan kepala pecah dengan Pisau yang menancap tepat di jantung, teman ku tersenyum, berkata tak ada lagi cara lain dan jalan satu satunya yang bisa membebaskannya dari belenggu Iblis, yaitu dengan membunuh raga yang di tempatinya, rasa sedih. marah juga kehilangan, tapi semuanya sudah terjadi, penyesalam tak akan bisa membuat raga yang sudah mati hidup kembali, yang bisa kami lakukan hanya diam menjerit dalam hati karena mengabaikan nasihat seorang nenek tua, kami menertawainya, mengatainya gila dan sebagainya, padahal seharusnya kami sadar, beliau sudah memperingatkan akan kematian yang mengintai dari yang tak pernah terlihat, tapi dengan bodohnya kami abaikan dan memilih bergembira, sekarang. semua sudah berakhir, pelajaran yang ku petik, jangan mengabaikan nasihat dari siapapun meski terkadang bagi kita itu terdengar aneh, karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depannya, mendengarkan memang jalan terbaik agar bisa terhindar dari sesuatu yang buruk, besar atau kecil. intinya. penyesalan akan selalu datang di akhir dan saat itu tiba semua penyesalan hanya akan sia sia