Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sofia menyicip sepotong kue coklat, hidangan penutup kencannya bersama Gala. Manis, kata Sofia. Namun, apa yang dikatakan Gala membuat manisnya kue coklat itu seketika menjadi pahit.
"Kenapa kamu masih ada rasa sama Rangga?"
Sofia mengernyitkan dahi, hampir tersedak karena pertanyaan Gala.
"Mungkin memang dia udah kenal kamu lebih lama daripada aku. Memang dia yang ketemu kamu lebih dulu dan memang dia yang udah lebih lama mengisi hari-hari kamu".
Gala menatap mata Sofia, menahan amarah dan air matanya. Mencoba meredam kekecewaannya.
"Kemarin, Rangga ketemu aku. Dia bilang kamu habis ngungkapin perasaanmu itu ke dia".
Mendengar Gala membuat hati Sofia gemetar. Tangannya begitu dingin.
"Tapi kamu juga bilang, selamanya cuma mau jadi sahabat".
Setitik air mata Sofia jatuh. Lidahnya kelu melihat kekecewaan tampak jelas di wajah Gala.
"Apa 6 tahun hubungan kita nggak ada artinya buat kamu? Aku bener-bener serius ngejalanin ini".
Kencan malam itu selesai. Sofia pulang dengan beribu perasaan yang menyiksa batinnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menangis dan berteriak dalam hati.
"Aku bodoh sekali. Bagaimana bisa mencintai dua orang secara bersamaan? Tapi siapa yang lebih bodoh? Aku atau Gala yang ngasih kesempatan kedua untukku? Untuk aku yang udah menyia-nyiakan perasaanya".
Sofia menjatuhkan dirinya ke kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya.
"Yang bodoh itu Gala, tapi yang jahat itu aku".
Sofia terkurung dalam lamunannya sambil menatap rembulan dari jendela. Ia mengambil ponselnya, memberikan kabar kepada Gala.
"Aku akan meninggalkan Rangga dan segala perasaanku untuknya".