Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Calila baru saja dipecat dari pekerjaannya dan kini tengah menganggur, wanita 25 tahun itu bingung harus mencari pekerjaan ke mana lagi. Sampai selembaran yang tak sengaja terbawa angin dan ditemukannya di dekat jalan memberikannya jalan keluar. Di situ tertulis jika; sang pemilik sedang mencari pelayan untuk bertugas di kastilnya. Letaknya memang agak jauh dari tempat tinggal Calila saat ini, namun, bayaran yang ditawarkan sama dengan gaji empat bulan Calila dulu di bekas tempat kerjanya. Nominal itu sangat besar, dan Calila membutuhkannya. Tak mau membuang waktunya lebih lama lagi, Calila segera meraih ponselnya di dalam tas kemudian mengetikkan digit demi digit nomor itu lantas menghubunginya.
Beberapa detik setelah itu panggilan pun tersambung, dengan sopan Calila menyapa si penerima telepon itu. "Halo, selamat malam. Apa benar ini dengan Tuan Richardson?"
Hening... beberapa detik setelah itu baru sang penerima menjawabnya dengan parau, "Ya, benar."
"Maaf, menganggumu malam-malam. Aku menemukannya di selembaran dan kebetulan aku sedang butuh pekerjaan. Apa masih bisa menerimaku?" tanya Calila penuh harap. Ada suara embusan nafas yang Calila dengar melalui sambungan itu. Namun, setelah itu, si penerima telepon pun mengiyakan. "Ya, datanglah malam ini. Karena mulai besok, penawaran itu sudah tak berlaku lagi."
Calila dengan bahagia menahan jeritan. Ia lantas berterima kasih dan memutus panggilan itu. Setelah bersiap-siap, ia segera memesan taksi dan datang ke kastil itu.
"Permisi, Tuan Richardson? Aku sudah sampai," sapanya di depan pintu kastil itu. Tak lama seorang lelaki bertubuh tinggi besar dan berpakaian rapi datang menghampirinya, wajahnya sangat tampan, namun aura misterius itu tak dapat disembunyikan sama sekali. "Nona Calila?" tanyanya dingin.
"Ya," jawab Calila riang. Pria itu diam dan memerhatikannya begitu detail. "Masuklah," suruhnya begitu... datar.
"Kau tinggal sendiri?" tanya Calila basa-basi. "Ya," balas pria itu datar. "Kau yakin ingin bekerja di sini? Ingat satu hal, jika kau sudah masuk ke kastil ini, kau tidak akan pernah bisa keluar. Kau terikat dengan pekerjaanmu," imbuh pria berwajah datar itu.
Calila menimbangnya, namun dengan cepat ia mengangguk. "Ya, tidak masalah. Aku butuh pekerjaan."
Sesuai aturan, Richardson—pria misterius itu menyuruh Calila tinggal. Namun, perasaan Calila tidak nyaman tiba-tiba. Malam datang dan hari semakin dingin, Calila memutuskan akan tidur dan mulai beraktifitas besok. Namun, suara raungan di luar kamar menginterupsi niatnya.
Rrhhghhh!!!
"Tu...Tuan... kaukah itu?" Calila menghampiri asal suara dan dengan langkah takut mendekati pria yang saat ini memunggunginya. "Tuan? Kau baik-baik saja?" tanya Calila dengan nada gemetar. Dengan tiba-tiba, pria itu berbalik dan menatapnya dengan tajam. Matanya merah, dan urat-urat di sekitar lehernya menegang. Apa yang terjadi? "Apa kau mendengar rumor tidak ada yang mau bekerja di kastil ini?" tanya pria itu.
"A...aku... Tu...Tuan... kau..."
"Ya," gigi taring pria itu memanjang dan matanya kian menggelap. "Karena aku... memangsa mereka." Tangannya terjulur dan menekan leher Calila yang terpojok tiba-tiba ke dinding. "Tu... Tuan! Jangan!"
"Dan kini... giliranmu!" bisiknya dekat di telinga kiri Calila.