Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Merayakan Tahun Baru
6
Suka
6,182
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Berada di tempat-tempat baru membuat Arunika selalu ingin membuka buku hariannya dan menulis puisi. Dia senantiasa menuliskan pengalamannya begitu menjejakkan kaki di kota yang bukan kotanya. Dulu, dia mencatat pengalamannya dalam berlembar-lembar paragraf, tapi puisi, meski dengan huruf yang lebih sedikit, ternyata mampu mengabadikan segalanya dengan lebih bersahaja. Semula, dia meniru gaya tulisan W.S. Rendra pada buku Sajak-Sajak Sepatu Tua. Namun, lama-lama Arunika menemukan iramanya sendiri.

(Jika senggang, sesampainya di rumah, dia biasa duduk di depan piano, lalu mencoba menenun nada dengan mengandalkan puisinya. Arunika meyakini, dengan melatarinya dengan musik, dia telah mengembalikan puisi pada fitrahnya sebagai tradisi lisan yang dekat dengan irama. Selain piano, dia juga sering merangkai musik dengan gitar. Jika pada piano dia memakai kunci-kunci sederhana, dengan gitar dia selalu tergoda memainkan kunci-kunci yang jarang dipakai—seperti dim, aug, dan mayor-minor yang melibatkan angka.)

Setelah membuka tirai jendela lantai tujuh pada sebuah hotel di Semarang, Arunika memandang Simpang Lima. Pengunjung yang hendak merayakan tahun baru sudah memenuhi alun-alun. Malam meninggi dan awan tebal menaungi langit. Gerimis mengembun hening di kaca.

Tadinya dia ingin merayakannya di puncak, seperti masa remaja dulu, dengan dilatari unggun dan cokelat hangat, bersama Raka dan mungkin pendaki lain. Dia ingin memandang Matahari pertama di dekat cakrawala, seraya beralaskan sejuk rerumputan. Namun, karena cuaca tidak memungkinkan, rencana itu terpaksa dibatalkan. Tetapi, tak mengapa, begini pun cukup.

Raka, suaminya, berbaring santai di ranjang seraya membaca novel. Dia memang tidak bisa dipisahkan dengan buku, jadi Arunika memilih menghabiskan waktu dengan membuka buku harian, tapi bukan untuk menulisinya, apalagi mengisinya dengan sajak-sajak baru. Bukan. Dia hanya ingin mengunjungi kenangan yang sudah tergurat pada lembarannya. 

“Sedang apa, Sayang?” tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang. Arunika menyandarkan kepala di bahu suaminya.

“Mencintaimu,” Arunika tersenyum. Keduanya pun berciuman, diterangi riuh kembang api yang bermekaran di jendela. Indah sekali.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Gold
Song in the Wind
Bentang Pustaka
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Novel
Gold
Habibie Ya Nour El Ain
Bentang Pustaka
Cerpen
Seminggu Sebelum Pernikahan
Al Balinda Ulin Dya
Novel
Bronze
Cintaku Lebih Dari Dendammu
Sandra Arq
Novel
MELLYNIAL
Ifha Karima
Novel
Gold
Just be Mine
Bentang Pustaka
Cerpen
Badut
aksara_g.rain
Novel
Gold
MEMBUNUH CUPID
Falcon Publishing
Novel
Bronze
Mereka yang Jatuh Cinta
Bisma Lucky Narendra
Novel
Bronze
Salah Arah
Rahmawati
Novel
Gold
Mansfield Park
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Semua Salahku
Basuki Fitrianto
Komik
Bronze
you sweet potato [hiatus]
yanagi kaichu
Novel
Kala Cinta Membawamu Pulang
Belinda Marchely
Rekomendasi
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar