Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Merayakan Tahun Baru
6
Suka
6,132
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Berada di tempat-tempat baru membuat Arunika selalu ingin membuka buku hariannya dan menulis puisi. Dia senantiasa menuliskan pengalamannya begitu menjejakkan kaki di kota yang bukan kotanya. Dulu, dia mencatat pengalamannya dalam berlembar-lembar paragraf, tapi puisi, meski dengan huruf yang lebih sedikit, ternyata mampu mengabadikan segalanya dengan lebih bersahaja. Semula, dia meniru gaya tulisan W.S. Rendra pada buku Sajak-Sajak Sepatu Tua. Namun, lama-lama Arunika menemukan iramanya sendiri.

(Jika senggang, sesampainya di rumah, dia biasa duduk di depan piano, lalu mencoba menenun nada dengan mengandalkan puisinya. Arunika meyakini, dengan melatarinya dengan musik, dia telah mengembalikan puisi pada fitrahnya sebagai tradisi lisan yang dekat dengan irama. Selain piano, dia juga sering merangkai musik dengan gitar. Jika pada piano dia memakai kunci-kunci sederhana, dengan gitar dia selalu tergoda memainkan kunci-kunci yang jarang dipakai—seperti dim, aug, dan mayor-minor yang melibatkan angka.)

Setelah membuka tirai jendela lantai tujuh pada sebuah hotel di Semarang, Arunika memandang Simpang Lima. Pengunjung yang hendak merayakan tahun baru sudah memenuhi alun-alun. Malam meninggi dan awan tebal menaungi langit. Gerimis mengembun hening di kaca.

Tadinya dia ingin merayakannya di puncak, seperti masa remaja dulu, dengan dilatari unggun dan cokelat hangat, bersama Raka dan mungkin pendaki lain. Dia ingin memandang Matahari pertama di dekat cakrawala, seraya beralaskan sejuk rerumputan. Namun, karena cuaca tidak memungkinkan, rencana itu terpaksa dibatalkan. Tetapi, tak mengapa, begini pun cukup.

Raka, suaminya, berbaring santai di ranjang seraya membaca novel. Dia memang tidak bisa dipisahkan dengan buku, jadi Arunika memilih menghabiskan waktu dengan membuka buku harian, tapi bukan untuk menulisinya, apalagi mengisinya dengan sajak-sajak baru. Bukan. Dia hanya ingin mengunjungi kenangan yang sudah tergurat pada lembarannya. 

“Sedang apa, Sayang?” tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang. Arunika menyandarkan kepala di bahu suaminya.

“Mencintaimu,” Arunika tersenyum. Keduanya pun berciuman, diterangi riuh kembang api yang bermekaran di jendela. Indah sekali.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
DETAK
wiretup
Novel
Bahkan Jika Aku Harus Patah Hati
Desi Puspitasari
Novel
Bronze
ROSIE
yenimoon79
Novel
Bronze
Pria dan Gadis
Parasari
Novel
Bronze
Malam, Hujan
Hary Budiarto Koriun
Novel
Bronze
Yang Belum Terucap
AUTHOR GADUNGAN
Novel
Bronze
Juli
Ristiana Indah Berliana
Flash
The Man With His Guilty
Ariq Ramadhan Nugraha
Novel
Bronze
KETIKA CINTA DI UJI
Neng Neng
Novel
Bronze
Not My Q-time
Silah Fauzun Akbar
Novel
Bronze
Bolehkah aku jadi imammu
Nadilla Karisya agustin
Novel
My Love In Rotterdam
Melda Fitri
Novel
Bronze
Ratapan Panjang Untuk Hidup Yang Pendek
Didin Emfahrudin
Novel
Two Times
Blue Berry
Rekomendasi
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar