Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Merayakan Tahun Baru
6
Suka
6,099
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Berada di tempat-tempat baru membuat Arunika selalu ingin membuka buku hariannya dan menulis puisi. Dia senantiasa menuliskan pengalamannya begitu menjejakkan kaki di kota yang bukan kotanya. Dulu, dia mencatat pengalamannya dalam berlembar-lembar paragraf, tapi puisi, meski dengan huruf yang lebih sedikit, ternyata mampu mengabadikan segalanya dengan lebih bersahaja. Semula, dia meniru gaya tulisan W.S. Rendra pada buku Sajak-Sajak Sepatu Tua. Namun, lama-lama Arunika menemukan iramanya sendiri.

(Jika senggang, sesampainya di rumah, dia biasa duduk di depan piano, lalu mencoba menenun nada dengan mengandalkan puisinya. Arunika meyakini, dengan melatarinya dengan musik, dia telah mengembalikan puisi pada fitrahnya sebagai tradisi lisan yang dekat dengan irama. Selain piano, dia juga sering merangkai musik dengan gitar. Jika pada piano dia memakai kunci-kunci sederhana, dengan gitar dia selalu tergoda memainkan kunci-kunci yang jarang dipakai—seperti dim, aug, dan mayor-minor yang melibatkan angka.)

Setelah membuka tirai jendela lantai tujuh pada sebuah hotel di Semarang, Arunika memandang Simpang Lima. Pengunjung yang hendak merayakan tahun baru sudah memenuhi alun-alun. Malam meninggi dan awan tebal menaungi langit. Gerimis mengembun hening di kaca.

Tadinya dia ingin merayakannya di puncak, seperti masa remaja dulu, dengan dilatari unggun dan cokelat hangat, bersama Raka dan mungkin pendaki lain. Dia ingin memandang Matahari pertama di dekat cakrawala, seraya beralaskan sejuk rerumputan. Namun, karena cuaca tidak memungkinkan, rencana itu terpaksa dibatalkan. Tetapi, tak mengapa, begini pun cukup.

Raka, suaminya, berbaring santai di ranjang seraya membaca novel. Dia memang tidak bisa dipisahkan dengan buku, jadi Arunika memilih menghabiskan waktu dengan membuka buku harian, tapi bukan untuk menulisinya, apalagi mengisinya dengan sajak-sajak baru. Bukan. Dia hanya ingin mengunjungi kenangan yang sudah tergurat pada lembarannya. 

“Sedang apa, Sayang?” tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang. Arunika menyandarkan kepala di bahu suaminya.

“Mencintaimu,” Arunika tersenyum. Keduanya pun berciuman, diterangi riuh kembang api yang bermekaran di jendela. Indah sekali.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Untung Soebedjo
Uki Yudhistira
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Isyarat Semesta
Silvarani
Novel
Bronze
S
Riyana
Flash
Bronze
Cinta Tak Pernah Siap Terjatuh
Zasenja
Cerpen
Bronze
Cinta yang Berbelok
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Ketika Cita-citamu Datang Menyelamatkanmu..
Shabrina Farha Nisa
Novel
Gold
PHP
Bentang Pustaka
Flash
Bronze
Sayang, Kamu Tidak
Farida Zulkaidah Pane
Novel
When I Fall in Love
Fani Fujisaki
Novel
Bronze
AMERTA
amerta
Novel
Gold
Scorpio
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Langit
Bagas
Flash
Pacar atau Lamar?
Rahmawati
Novel
Rakhalila
Galih Aditya Mulyadi
Rekomendasi
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Flash
Lari!
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar