Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Sepayung Berdua
7
Suka
6,211
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Jejak-jejak gerimis menebal di sepanjang jalur setapak. Kau menemani di sisiku, di bawah payung berdua. Angin berembus tenang mengalirkan kenangan. Pohon-pohon bergeming. Meskipun sepi menyesaki udara, aku tak merasa sendiri, sebab kau bersamaku. Parfum apa yang kaukenakan? Kenapa harum sekali—menyelubungi hatiku dengan kedamaian? Bagai buah nan segar dan ranum, melebihi rindu yang menawarkan peluk. Di antara seribu bunga yang tumbuh di sisi-sisi jalan, kaulah yang paling cerah. Saat gerimis turun bagai benang-benang cahaya dipermainkan cuaca, kaulah satu-satunya alasan kenapa aku tak pernah lupa membawa payung. Aku senang memandang matamu ketika hujan yang berguguran membuatmu tertegun. Sekalipun perbincangan kita begitu sederhana, aku tak merasa jenuh, semoga kau pun begitu. Apakah aku mencintaimu? Sampai sekarang aku tak tahu.

Saat tiada percakapan terdengar, kita hitung jejak langkah yang tergenang di setapak. Kita tak menunggu hujan reda, dan tak ingin terburu-buru jua. Tahukah kau, aku hanya perlu menangkupkan tangan dan berdoa untuk memulangkan matahari, dan cuaca pun cerah kembali, katamu, seraya tersenyum dengan mata diselubungi misteri. Sudah berkali-kali aku melakukannya—meminta terik, mengharap terang—dan selalu berhasil, belum pernah sekali pun gagal. Ibu berkata, aku anak kesayangan Matahari, yang dirinduinya sepanjang hari. Rambutmu tergerai hingga bahu, menari pelan seiring langkah. Dan sekali lagi harum yang asing, tapi begitu lembut, mengalir dari tubuhmu. Parfum apa yang kaukenakan? tanyaku, akhirnya. Namun, kau hanya tersenyum tanpa memalingkan wajah. Bagai lukisan telaga ketika sinar bulan jatuh miring pada permukaan air, beberapa helai rambutmu memantulkan warna biru tua. Kita sudah hampir sampai, katamu. Aku mengangguk mengiyakan. Setelah dia mengatakannya, tersadarlah aku, pohon-pohon yang tadinya rapat perlahan berkurang. Langit yang sempat tak terlihat, mulai mengintip di antara celah-celah dahan. Hujan masih turun melalui lambaian daun, tapi sudah tidak sederas tadi. Kau menutup payung, lalu berkata padaku. Hanya gerimis kecil, kita bisa berjalan tanpa takut basah. Dan kunang-kunang bermunculan di balik rimbun. Bulan sabit berkabut tertutup mendung. Sudah malam rupanya, kau mendesah, padahal tadi masih terang. Di ujung setapak, kita pun sampai. Setelah meninggalkan wangi yang asing, kau menghilang begitu saja.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
DI kejar Dosa Masa Lalu
Pricilia Zhany
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Novel
Aku atau Adikmu?
Yuanita Fransiska
Novel
Gold
Hello Wedding
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Sebelum Kamu Pergi
Faizah Salsabila
Novel
Milch
Desi Puspitasari
Novel
RESILIENSI
Asroruddin Zoechni
Novel
Bronze
FRANCISCAN GARDEN
Marlina Permatasari
Novel
Gold
Under the Blue Moon
Noura Publishing
Novel
Gold
Rezeki Itu Misteri Mati Itu Pasti
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Gerbang Rindu Hara
Christina evelina
Komik
Gardenia
Dawn Solace
Novel
Bronze
Cinta Tak Perlu Tanda Baca
sri ulang sari
Flash
Bronze
Sayang, Kamu Tidak
Farida Zulkaidah Pane
Novel
Gold
Friend Zone Alert
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Cerpen
Menulis Haiku
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Flash
Kepada Mantan Kekasihku
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar