Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Sepayung Berdua
7
Suka
6,513
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Jejak-jejak gerimis menebal di sepanjang jalur setapak. Kau menemani di sisiku, di bawah payung berdua. Angin berembus tenang mengalirkan kenangan. Pohon-pohon bergeming. Meskipun sepi menyesaki udara, aku tak merasa sendiri, sebab kau bersamaku. Parfum apa yang kaukenakan? Kenapa harum sekali—menyelubungi hatiku dengan kedamaian? Bagai buah nan segar dan ranum, melebihi rindu yang menawarkan peluk. Di antara seribu bunga yang tumbuh di sisi-sisi jalan, kaulah yang paling cerah. Saat gerimis turun bagai benang-benang cahaya dipermainkan cuaca, kaulah satu-satunya alasan kenapa aku tak pernah lupa membawa payung. Aku senang memandang matamu ketika hujan yang berguguran membuatmu tertegun. Sekalipun perbincangan kita begitu sederhana, aku tak merasa jenuh, semoga kau pun begitu. Apakah aku mencintaimu? Sampai sekarang aku tak tahu.

Saat tiada percakapan terdengar, kita hitung jejak langkah yang tergenang di setapak. Kita tak menunggu hujan reda, dan tak ingin terburu-buru jua. Tahukah kau, aku hanya perlu menangkupkan tangan dan berdoa untuk memulangkan matahari, dan cuaca pun cerah kembali, katamu, seraya tersenyum dengan mata diselubungi misteri. Sudah berkali-kali aku melakukannya—meminta terik, mengharap terang—dan selalu berhasil, belum pernah sekali pun gagal. Ibu berkata, aku anak kesayangan Matahari, yang dirinduinya sepanjang hari. Rambutmu tergerai hingga bahu, menari pelan seiring langkah. Dan sekali lagi harum yang asing, tapi begitu lembut, mengalir dari tubuhmu. Parfum apa yang kaukenakan? tanyaku, akhirnya. Namun, kau hanya tersenyum tanpa memalingkan wajah. Bagai lukisan telaga ketika sinar bulan jatuh miring pada permukaan air, beberapa helai rambutmu memantulkan warna biru tua. Kita sudah hampir sampai, katamu. Aku mengangguk mengiyakan. Setelah dia mengatakannya, tersadarlah aku, pohon-pohon yang tadinya rapat perlahan berkurang. Langit yang sempat tak terlihat, mulai mengintip di antara celah-celah dahan. Hujan masih turun melalui lambaian daun, tapi sudah tidak sederas tadi. Kau menutup payung, lalu berkata padaku. Hanya gerimis kecil, kita bisa berjalan tanpa takut basah. Dan kunang-kunang bermunculan di balik rimbun. Bulan sabit berkabut tertutup mendung. Sudah malam rupanya, kau mendesah, padahal tadi masih terang. Di ujung setapak, kita pun sampai. Setelah meninggalkan wangi yang asing, kau menghilang begitu saja.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
I Love Her
Ramayoga
Novel
Caraphernelia
Lalla
Flash
KUTITIPKAN RINDU INI
DENI WIJAYA
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Catatan Kehidupan
Akhmad rizkiannoor
Novel
Gold
Jejak Cinta 20 Tahun Berlalu
Mizan Publishing
Novel
Smaradahana Gua Gato
sri wintala achmad
Novel
Gold
Keki
Bentang Pustaka
Flash
First Love
Dwiend
Novel
Come to Stay
Winda Nazira
Novel
Bronze
THE TIGER'S BRIDE
Philein Sophia
Komik
Marry with Classmate
NyonyahCullen
Cerpen
Takdir Cinta
Areta Swara
Cerpen
Bronze
Jangan Cemburu
Diyah Ayu NH
Cerpen
Bronze
PEREMPUAN BERGAUN PENGANTIN
sri wintala achmad
Rekomendasi
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Merayakan Tahun Baru
Rafael Yanuar
Flash
Aku Tak Ingin Mati Seperti Ini
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar