Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Sepayung Berdua
8
Suka
9,739
Dibaca

Jejak-jejak gerimis menebal di sepanjang jalur setapak. Kau menemani di sisiku, di bawah payung berdua. Angin berembus tenang mengalirkan kenangan. Pohon-pohon bergeming. Meskipun sepi menyesaki udara, aku tak merasa sendiri, sebab kau bersamaku. Parfum apa yang kaukenakan? Kenapa harum sekali—menyelubungi hatiku dengan kedamaian? Bagai buah nan segar dan ranum, melebihi rindu yang menawarkan peluk. Di antara seribu bunga yang tumbuh di sisi-sisi jalan, kaulah yang paling cerah. Saat gerimis turun bagai benang-benang cahaya dipermainkan cuaca, kaulah satu-satunya alasan kenapa aku tak pernah lupa membawa payung. Aku senang memandang matamu ketika hujan yang berguguran membuatmu tertegun. Sekalipun perbincangan kita begitu sederhana, aku tak merasa jenuh, semoga kau pun begitu. Apakah aku mencintaimu? Sampai sekarang aku tak tahu.

Saat tiada percakapan terdengar, kita hitung jejak langkah yang tergenang di setapak. Kita tak menunggu hujan reda, dan tak ingin terburu-buru jua. Tahukah kau, aku hanya perlu menangkupkan tangan dan berdoa untuk memulangkan matahari, dan cuaca pun cerah kembali, katamu, seraya tersenyum dengan mata diselubungi misteri. Sudah berkali-kali aku melakukannya—meminta terik, mengharap terang—dan selalu berhasil, belum pernah sekali pun gagal. Ibu berkata, aku anak kesayangan Matahari, yang dirinduinya sepanjang hari. Rambutmu tergerai hingga bahu, menari pelan seiring langkah. Dan sekali lagi harum yang asing, tapi begitu lembut, mengalir dari tubuhmu. Parfum apa yang kaukenakan? tanyaku, akhirnya. Namun, kau hanya tersenyum tanpa memalingkan wajah. Bagai lukisan telaga ketika sinar bulan jatuh miring pada permukaan air, beberapa helai rambutmu memantulkan warna biru tua. Kita sudah hampir sampai, katamu. Aku mengangguk mengiyakan. Setelah dia mengatakannya, tersadarlah aku, pohon-pohon yang tadinya rapat perlahan berkurang. Langit yang sempat tak terlihat, mulai mengintip di antara celah-celah dahan. Hujan masih turun melalui lambaian daun, tapi sudah tidak sederas tadi. Kau menutup payung, lalu berkata padaku. Hanya gerimis kecil, kita bisa berjalan tanpa takut basah. Dan kunang-kunang bermunculan di balik rimbun. Bulan sabit berkabut tertutup mendung. Sudah malam rupanya, kau mendesah, padahal tadi masih terang. Di ujung setapak, kita pun sampai. Setelah meninggalkan wangi yang asing, kau menghilang begitu saja.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Cinta Buta
Galang Gelar Taqwa
Novel
25 Days To Stole Your Heart
TUAN ALASKA KIKIRI
Novel
2 tahun yang lalu
catatanv
Novel
Bronze
You're Mine Only Mine!
Cika Damayanti
Novel
Bronze
CAHAYA DI ATAS LUKA
sriwulandari
Novel
Bronze
Tuntun Aku menuju Ayat itu!
Rizky Ade Putra
Novel
2 TAHUN
sandhya
Novel
Bronze
Sang Putri dan Pangeran Pujangga
Ayu Anggun
Cerpen
Bronze
KERETA WAKTU
Nyarita
Novel
Gold
The Strawberry Surprise
Bentang Pustaka
Novel
Astrophile
Frisca
Novel
Unfinished Business - Dineshcara
KATHERINE PRATIWI
Flash
Tanda Tangan
Haru Wandei
Novel
Gold
19+
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Sepayung Berdua
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar