Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Empat Dinding, Satu Atap
3
Suka
5,808
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Empat Dinding Satu Atap

 

Keira terkagum-kagum begitu membuka mata. Dia menatap ke sekeliling.

Empat dinding.

Satu atap.

Akhirnya, Keira punya sesuatu yang bisa disebut rumah. Saat berumur delapan tahun. Setelah bertahun-tahun tidak.

 

Tanpa Dinding, Tanpa Atap

Keira mengeluarkan suara sembernya dan menggoyangkan “kecrekan”. Dia menunggu orang dalam mobil di perempatan jalan itu memberinya uang. Diberi atau tidak, dia akan.

Dua jam kemudian, hanya ada beberapa logam di saku Keira. Lalu dilihatnya Dimas. Dia enam tahun lebih tua, dan selalu membuatnya takut. Menghindarinya hanya akan membuat Dimas menggila.

“Aku lagi perlu lem,” Dimas menggeram.

Keira mengeluarkan uang di sakunya. Semua.

“Ke gubuk!”

Keira memelas, berjanji esok memberi lebih banyak.

 

Satu Atap

Bahkan saat dipakai untuk berjualan es dawet dan belum hampir roboh seperti sekarang, gubuk itu tidak punya dinding utuh. Hanya setengah dinding di empat sisi.

Dimas menggiring Keira ke dalamnya.

Di gubuk seperti ini sekitar dua ratus meter dari sini, adalah tempat Keira tinggal.

“Jongkok!”

Dimulailah ritual itu. Dimas meraba tubuhnya, kasar. Mencari-cari logam atau kertas yang mungkin terselip.

 

Satu Dinding, Satu Atap

Mungkin Keira menangis. Mungkin tidak. Semua tertutup hujan. Andai hujan membilas rasa jijiknya. Jika Dimas merasa uang Keira terlalu sedikit, dia akan mencari-cari di balik pakaian Kiera. Ini kali ketiga.

Seseorang menepikan motor, berteduh.

“Adik namanya siapa?”

Nada ramah gadis itu terasa aneh.

“Keira.”

Mata gadis itu membelalak. Pasti heran bagaimana Keira bisa menempel pada anak selusuh dan sekotor itu. Begitu juga orang-orang di sekitar ibunya dulu. Saat Keira masih lima tahun dan belum meninggalkannya.

“Kenapa tidak memakai nama bagus meskipun nasib jelek?” tantang ibunya. “Itu lebih baik daripada punya nama jelek dan nasib jelek.”

“Dari mana nama sebagus itu?”

“Ada yang jual diri di pinggir jalan, namanya itu.”

“Adik mau nasi ayam?” Suara gadis itu mengembalikan Keira ke masa sekarang.

Keira mengangguk.

“Adik tinggal dengan siapa?”

“Sendiri.”

Gadis itu terpana.

“Ibu pergi waktu Keira berumur tujuh tahun.”

Gadis seperti itu pernah datang. Dulu dalam bentuk seorang kakak laki-laki. Berkat dialah Keira bisa mengenal kebanyakan huruf dan mengeja dua huruf. Meskipun dia kesulitan membaca suku kata dengan tiga huruf.

 

Dua Dinding, Satu Atap

Pria itu datang tiba-tiba. Bukan yang mengajarinya huruf-huruf. Bahkan Keira lebih membencinya daripada Dimas. Pria yang seolah-olah meluncurkan pisau dari matanya.

Laki-laki itu membawanya ke bawah jembatan. Lalu dia melakukan apa yang tiga kali dilakukan Bayu padanya. Namun lebih.

Keira diam saat Bayu melakukannya. Keira tidak mau diam lagi. Semua menjadi samar-samar. Lalu datang sebuah rasa sakit yang lain.

 

Tiga Dinding, Satu Atap

Belum pernah ada begitu banyak orang yang memperhatikan Keira.

Lalu Keira masuk ke sebuah mobil. Hanya ada tiga dinding. Dinding bagian belakangnya tidak ada. Tapi kemudian pintu mobil ditutup berdebum. Ah, untunglah itu mobil biasa.

Namun Keira tiba-tiba mengantuk sekali. Ini pertama kali dia naik mobil, namun dia justru tertidur.

 

Empat Dinding, Satu Atap

“Namanya Keira.”

Ada perasaan yang jarang didengar Keira. Sedih.

Kebahagiaan untuk hal terasa kabur untuk saat-saat terakhir ini. Namun Keira tiba-tiba ingat apa yang tertulis di depan ruangan tempatnya berada sekarang.

KA-MA-huruf R, lalu ada ruang, JE-NA-huruf-yang-tidak-dihafal-Keira-huruf-A-huruf-H.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
WARNA RASA DISETIAP HUJAN
Vy
Flash
Empat Dinding, Satu Atap
Maria Wiedyaningsih
Flash
Gemuruh dalam Mimpi
Ayuningrum
Novel
Bronze
Someone Like You
Maria Kristi Widhi Handayani
Novel
KPR (Kapan Pindah Rumah?)
Annisa Diandari Putri
Novel
Gold
KKPK The Magical World
Mizan Publishing
Novel
Senja di Langit Ancala
Andita Rizkyna N
Novel
Bronze
Wo Ai Ni "Novel"
Herman Sim
Novel
Bronze
Kura-Kura Merah
Nuraini Mastura
Novel
Gold
MY BASTARD PRINCE
Coconut Books
Novel
Bronze
CATATAN SURVIVOR 1998
Siti Hodijah
Novel
Bronze
Kamu
MS Wijaya
Flash
Bronze
Nanti Kami Akan Kabarin Lagi
Reyan Bewinda
Novel
Kala Cinta Bukan Berwarna Merah
ab
Novel
Bronze
2 Anak Surga
Paul Sim
Rekomendasi
Flash
Empat Dinding, Satu Atap
Maria Wiedyaningsih
Skrip Film
Binatang-Binatang Merayap di Bawah Tempat Tidurnya
Maria Wiedyaningsih