Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Empat Dinding, Satu Atap
3
Suka
5,557
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Empat Dinding Satu Atap

 

Keira terkagum-kagum begitu membuka mata. Dia menatap ke sekeliling.

Empat dinding.

Satu atap.

Akhirnya, Keira punya sesuatu yang bisa disebut rumah. Saat berumur delapan tahun. Setelah bertahun-tahun tidak.

 

Tanpa Dinding, Tanpa Atap

Keira mengeluarkan suara sembernya dan menggoyangkan “kecrekan”. Dia menunggu orang dalam mobil di perempatan jalan itu memberinya uang. Diberi atau tidak, dia akan.

Dua jam kemudian, hanya ada beberapa logam di saku Keira. Lalu dilihatnya Dimas. Dia enam tahun lebih tua, dan selalu membuatnya takut. Menghindarinya hanya akan membuat Dimas menggila.

“Aku lagi perlu lem,” Dimas menggeram.

Keira mengeluarkan uang di sakunya. Semua.

“Ke gubuk!”

Keira memelas, berjanji esok memberi lebih banyak.

 

Satu Atap

Bahkan saat dipakai untuk berjualan es dawet dan belum hampir roboh seperti sekarang, gubuk itu tidak punya dinding utuh. Hanya setengah dinding di empat sisi.

Dimas menggiring Keira ke dalamnya.

Di gubuk seperti ini sekitar dua ratus meter dari sini, adalah tempat Keira tinggal.

“Jongkok!”

Dimulailah ritual itu. Dimas meraba tubuhnya, kasar. Mencari-cari logam atau kertas yang mungkin terselip.

 

Satu Dinding, Satu Atap

Mungkin Keira menangis. Mungkin tidak. Semua tertutup hujan. Andai hujan membilas rasa jijiknya. Jika Dimas merasa uang Keira terlalu sedikit, dia akan mencari-cari di balik pakaian Kiera. Ini kali ketiga.

Seseorang menepikan motor, berteduh.

“Adik namanya siapa?”

Nada ramah gadis itu terasa aneh.

“Keira.”

Mata gadis itu membelalak. Pasti heran bagaimana Keira bisa menempel pada anak selusuh dan sekotor itu. Begitu juga orang-orang di sekitar ibunya dulu. Saat Keira masih lima tahun dan belum meninggalkannya.

“Kenapa tidak memakai nama bagus meskipun nasib jelek?” tantang ibunya. “Itu lebih baik daripada punya nama jelek dan nasib jelek.”

“Dari mana nama sebagus itu?”

“Ada yang jual diri di pinggir jalan, namanya itu.”

“Adik mau nasi ayam?” Suara gadis itu mengembalikan Keira ke masa sekarang.

Keira mengangguk.

“Adik tinggal dengan siapa?”

“Sendiri.”

Gadis itu terpana.

“Ibu pergi waktu Keira berumur tujuh tahun.”

Gadis seperti itu pernah datang. Dulu dalam bentuk seorang kakak laki-laki. Berkat dialah Keira bisa mengenal kebanyakan huruf dan mengeja dua huruf. Meskipun dia kesulitan membaca suku kata dengan tiga huruf.

 

Dua Dinding, Satu Atap

Pria itu datang tiba-tiba. Bukan yang mengajarinya huruf-huruf. Bahkan Keira lebih membencinya daripada Dimas. Pria yang seolah-olah meluncurkan pisau dari matanya.

Laki-laki itu membawanya ke bawah jembatan. Lalu dia melakukan apa yang tiga kali dilakukan Bayu padanya. Namun lebih.

Keira diam saat Bayu melakukannya. Keira tidak mau diam lagi. Semua menjadi samar-samar. Lalu datang sebuah rasa sakit yang lain.

 

Tiga Dinding, Satu Atap

Belum pernah ada begitu banyak orang yang memperhatikan Keira.

Lalu Keira masuk ke sebuah mobil. Hanya ada tiga dinding. Dinding bagian belakangnya tidak ada. Tapi kemudian pintu mobil ditutup berdebum. Ah, untunglah itu mobil biasa.

Namun Keira tiba-tiba mengantuk sekali. Ini pertama kali dia naik mobil, namun dia justru tertidur.

 

Empat Dinding, Satu Atap

“Namanya Keira.”

Ada perasaan yang jarang didengar Keira. Sedih.

Kebahagiaan untuk hal terasa kabur untuk saat-saat terakhir ini. Namun Keira tiba-tiba ingat apa yang tertulis di depan ruangan tempatnya berada sekarang.

KA-MA-huruf R, lalu ada ruang, JE-NA-huruf-yang-tidak-dihafal-Keira-huruf-A-huruf-H.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Empat Dinding, Satu Atap
Maria Wiedyaningsih
Novel
Bronze
Kembar dari Hongkong
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
- REDLINE -
Sf_Anastasia
Novel
Bronze
Mirielle - The Drama Queen
Meriam Ester Lita Dumais
Novel
FaThin
Nurusifah Fauziah
Novel
Bronze
Please, PROTECT ME!
Charansa
Cerpen
Bronze
ZINA
Iman Siputra
Novel
Last Straw
helen priscilia
Novel
Gold
Jodoh
Bentang Pustaka
Novel
Baby Orca
Dianikramer
Flash
Re-Send
Bahagia Mendunia
Novel
Bronze
3 tahun yang berbeda
Yuwo
Novel
Gold
Jokowi, Sangkuni, Machiavelli
Mizan Publishing
Novel
Bronze
The Sniper
Shafa Maurrizka
Flash
Dokter Spesialis Kandungan
Luca Scofish
Rekomendasi
Flash
Empat Dinding, Satu Atap
Maria Wiedyaningsih
Skrip Film
Binatang-Binatang Merayap di Bawah Tempat Tidurnya
Maria Wiedyaningsih