Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Janji Santiago
11
Suka
6,334
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Santiago bukan anak yang cerdas. Malah, boleh dibilang, di kelas dialah yang paling bodoh. Jika anak lain bisa mengerti dengan sekali baca, dia membutuhkan usaha sebanyak lima kali lipatnya—meski seringkali juga tidak memadai. Di ruang belajar, dia selalu kelabakan mengikuti irama kelas yang baginya serba cepat, rumit, dan memusingkan. Dia hanya mencatat apa yang ditulis di papan dan menyalin segala yang didikte—tanpa tanda baca, kecuali jika disebutkan mana titik, mana koma, dan mana titik koma. Pernah, dia kebingungan mendapati tiga tanda tambah (+ + +) dalam catatannya yang sesuai dengan goresan kapur di papan tulis. Setelah bertanya kepada guru, barulah dia mengerti, itu adalah kata ‘tertentu’ yang disingkat jadi “ttt”, bukan + + +. 

Santiago bukan anak yang sehat, tidak pula pintar berolahraga. Alih-alih bermain bola di lapangan berumput layu, Santiago lebih memilih duduk di bangkunya dan mengulang pelajaran yang baru dicatatnya. Sering benar dia kebingungan. Ini maksudnya apa, dan kenapa bisa begitu? Kepada temannya dia ingin bertanya, tapi takut, karena kerap disebut ‘bodoh!’ atau ‘aduh, begitu saja tidak bisa?’ tanpa sekalipun menawarkan bantuan. Para guru pun tidak jauh berbeda. Karena ibunya selalu pulang larut, dia tidak tega meminta pertolongannya. Dia selalu menanti ibunya di ruang tamu dengan buku-buku berserakan di meja. Namun, karena tidak kuat menahan kantuk, dia kadang tertidur. Paginya, dia selalu terjaga di kamar dengan tangan ibu yang lembut dan berbau pulen nasi melekat di pipinya.

Jika boleh menyebutnya sebagai suatu kelebihan, satu-satunya bakat yang dimiliki Santiago adalah ketekunannya. Tadi sudah dikatakan, bahwa dia membutuhkan usaha lima kali lipat untuk memahami sesuatu yang dapat dipahami anak lain dengan sekali baca. Dan, itulah yang tepatnya dia lakukan. Dia sudah berusaha hampir sepanjang hidup dan belajar dengan sungguh-sungguh. Dia tidak keberatan tidur larut dan bangun lebih pagi untuk mengejar ketertinggalan. Dengan semangat membara, dia tidak mau kalah dengan teman-teman sekelasnya yang usianya lebih muda dua-tiga tahun darinya. Setiap luang, dia membaca buku catatannya, meski hanya satu paragraf. Dia mengurung diri di kamar hingga lupa makan. Ibunya sering mengantarkan makanan untuk menyemangatinya diam-diam. Santiago ingin membuktikan kepada ayahnya yang pergi semenjak dia didiagnosa kelainan mental, bahwa dia bisa menjaga ibu dan membahagiakannya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
suka dengan kalimat-kalimat pilihanmu.
Ceritanya keren, Kak. 😍
Nice, Kak 👍
Rekomendasi dari Drama
Novel
Gold
Anne of Windy Poplars
Mizan Publishing
Novel
Bronze
A STORY LOVE AND DUTY
Soelistiyani
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Sang SENIMAN
Ign Joko Dwiatmoko
Novel
Bronze
KARMA PALA
Tri harnanik atas asih
Novel
Bronze
STILL YOU
Siti nurhasanah
Novel
Bronze
Keikhlasan Cinta
ine dwi syamsudin
Novel
Bronze
Rain Puddles
Rakell
Novel
Bronze
KARMA SAMSARA
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Bronze
IF YOU REMEMBER
Tari Oktavian
Novel
Gold
Rahvayana 2
Bentang Pustaka
Novel
Gold
My Lovely Book
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Dari Kisah Ke Kisah
Dian Kartika Hardiyanti
Novel
Bronze
Bioskop Bahagia
Herman Sim
Novel
Gold
A [ Aku, Benci & Cinta ]
Coconut Books
Rekomendasi
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Cerpen
Tujuh Belasan di Desa Dukun
Rafael Yanuar
Flash
Kekasih Hujan
Rafael Yanuar
Cerpen
Perempuan Berambut Perak
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar