Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Janji Santiago
11
Suka
6,287
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Santiago bukan anak yang cerdas. Malah, boleh dibilang, di kelas dialah yang paling bodoh. Jika anak lain bisa mengerti dengan sekali baca, dia membutuhkan usaha sebanyak lima kali lipatnya—meski seringkali juga tidak memadai. Di ruang belajar, dia selalu kelabakan mengikuti irama kelas yang baginya serba cepat, rumit, dan memusingkan. Dia hanya mencatat apa yang ditulis di papan dan menyalin segala yang didikte—tanpa tanda baca, kecuali jika disebutkan mana titik, mana koma, dan mana titik koma. Pernah, dia kebingungan mendapati tiga tanda tambah (+ + +) dalam catatannya yang sesuai dengan goresan kapur di papan tulis. Setelah bertanya kepada guru, barulah dia mengerti, itu adalah kata ‘tertentu’ yang disingkat jadi “ttt”, bukan + + +. 

Santiago bukan anak yang sehat, tidak pula pintar berolahraga. Alih-alih bermain bola di lapangan berumput layu, Santiago lebih memilih duduk di bangkunya dan mengulang pelajaran yang baru dicatatnya. Sering benar dia kebingungan. Ini maksudnya apa, dan kenapa bisa begitu? Kepada temannya dia ingin bertanya, tapi takut, karena kerap disebut ‘bodoh!’ atau ‘aduh, begitu saja tidak bisa?’ tanpa sekalipun menawarkan bantuan. Para guru pun tidak jauh berbeda. Karena ibunya selalu pulang larut, dia tidak tega meminta pertolongannya. Dia selalu menanti ibunya di ruang tamu dengan buku-buku berserakan di meja. Namun, karena tidak kuat menahan kantuk, dia kadang tertidur. Paginya, dia selalu terjaga di kamar dengan tangan ibu yang lembut dan berbau pulen nasi melekat di pipinya.

Jika boleh menyebutnya sebagai suatu kelebihan, satu-satunya bakat yang dimiliki Santiago adalah ketekunannya. Tadi sudah dikatakan, bahwa dia membutuhkan usaha lima kali lipat untuk memahami sesuatu yang dapat dipahami anak lain dengan sekali baca. Dan, itulah yang tepatnya dia lakukan. Dia sudah berusaha hampir sepanjang hidup dan belajar dengan sungguh-sungguh. Dia tidak keberatan tidur larut dan bangun lebih pagi untuk mengejar ketertinggalan. Dengan semangat membara, dia tidak mau kalah dengan teman-teman sekelasnya yang usianya lebih muda dua-tiga tahun darinya. Setiap luang, dia membaca buku catatannya, meski hanya satu paragraf. Dia mengurung diri di kamar hingga lupa makan. Ibunya sering mengantarkan makanan untuk menyemangatinya diam-diam. Santiago ingin membuktikan kepada ayahnya yang pergi semenjak dia didiagnosa kelainan mental, bahwa dia bisa menjaga ibu dan membahagiakannya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
suka dengan kalimat-kalimat pilihanmu.
Ceritanya keren, Kak. 😍
Nice, Kak 👍
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Moodboster(Dipindahkan di aplikasi webnovel)
Laila nur ainun
Novel
Gold
Dear Prudence
Bentang Pustaka
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Jodoh Pilihan Allah ~Novel~
Herman Sim
Novel
Sugar Rush
Dwi Kurnia 🐻‍❄️
Flash
Laki-laki juga boleh menangis, Nara. . . .
AlifatulM
Novel
Bronze
All About Time
Choco_lava_
Novel
Semesta
langitabu
Novel
Gold
The Hollow Cat
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
I'm 100 Percent of Indonesian
Nuel Lubis
Novel
Negeri Sakura
Septiani Amzar
Novel
Bronze
Cerita Imei
Rizqy Kurniawan
Flash
Berawal dari menfess
Ninazyn
Novel
Dust of the Dusk
Elsy Anna
Flash
A DAUGHTER'S LOVE
Reiga Sanskara
Rekomendasi
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Cerpen
Toko Buku Kecil di Kaki Bukit
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Gadis Kecil Berkaleng Kecil
Rafael Yanuar
Cerpen
Arwah Kunang-Kunang
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Flash
Rafa Pergi ke Surga
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar