Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Janji Santiago
11
Suka
6,239
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Santiago bukan anak yang cerdas. Malah, boleh dibilang, di kelas dialah yang paling bodoh. Jika anak lain bisa mengerti dengan sekali baca, dia membutuhkan usaha sebanyak lima kali lipatnya—meski seringkali juga tidak memadai. Di ruang belajar, dia selalu kelabakan mengikuti irama kelas yang baginya serba cepat, rumit, dan memusingkan. Dia hanya mencatat apa yang ditulis di papan dan menyalin segala yang didikte—tanpa tanda baca, kecuali jika disebutkan mana titik, mana koma, dan mana titik koma. Pernah, dia kebingungan mendapati tiga tanda tambah (+ + +) dalam catatannya yang sesuai dengan goresan kapur di papan tulis. Setelah bertanya kepada guru, barulah dia mengerti, itu adalah kata ‘tertentu’ yang disingkat jadi “ttt”, bukan + + +. 

Santiago bukan anak yang sehat, tidak pula pintar berolahraga. Alih-alih bermain bola di lapangan berumput layu, Santiago lebih memilih duduk di bangkunya dan mengulang pelajaran yang baru dicatatnya. Sering benar dia kebingungan. Ini maksudnya apa, dan kenapa bisa begitu? Kepada temannya dia ingin bertanya, tapi takut, karena kerap disebut ‘bodoh!’ atau ‘aduh, begitu saja tidak bisa?’ tanpa sekalipun menawarkan bantuan. Para guru pun tidak jauh berbeda. Karena ibunya selalu pulang larut, dia tidak tega meminta pertolongannya. Dia selalu menanti ibunya di ruang tamu dengan buku-buku berserakan di meja. Namun, karena tidak kuat menahan kantuk, dia kadang tertidur. Paginya, dia selalu terjaga di kamar dengan tangan ibu yang lembut dan berbau pulen nasi melekat di pipinya.

Jika boleh menyebutnya sebagai suatu kelebihan, satu-satunya bakat yang dimiliki Santiago adalah ketekunannya. Tadi sudah dikatakan, bahwa dia membutuhkan usaha lima kali lipat untuk memahami sesuatu yang dapat dipahami anak lain dengan sekali baca. Dan, itulah yang tepatnya dia lakukan. Dia sudah berusaha hampir sepanjang hidup dan belajar dengan sungguh-sungguh. Dia tidak keberatan tidur larut dan bangun lebih pagi untuk mengejar ketertinggalan. Dengan semangat membara, dia tidak mau kalah dengan teman-teman sekelasnya yang usianya lebih muda dua-tiga tahun darinya. Setiap luang, dia membaca buku catatannya, meski hanya satu paragraf. Dia mengurung diri di kamar hingga lupa makan. Ibunya sering mengantarkan makanan untuk menyemangatinya diam-diam. Santiago ingin membuktikan kepada ayahnya yang pergi semenjak dia didiagnosa kelainan mental, bahwa dia bisa menjaga ibu dan membahagiakannya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
suka dengan kalimat-kalimat pilihanmu.
Ceritanya keren, Kak. 😍
Nice, Kak 👍
Rekomendasi dari Drama
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
FASE: Pernah Nggak Pernah...
Tiara Puji Lestari
Novel
Maybe, Probably
Pia Devina
Novel
BIJANA
Siraru
Novel
Two Regrets
Anisha Dayu
Flash
Bad Breath
Fann Ardian
Novel
Bronze
Thantophobia : Rasa Takut Kehilangan Orang yang Dicintai
ahmad dicka hudzaifi
Flash
Bronze
PADA SEBUAH CAFE
Onet Adithia Rizlan
Novel
Bronze
How to Befriend the So Called Classmate
aoillies
Novel
Bronze
Bima
Asti Ayuningtyas
Flash
Mimpi Kita
Sena N. A.
Flash
Rapat OSIS
Salmah Nurhaliza
Novel
Bronze
Rindu Yang Tak Terlihat ~Novel~
Herman Sim
Cerpen
Bronze
Akhir yang Tak Bahagia
Dewi Agustin
Novel
FILANTROPI Putih-Abu
Nada Lingga Afrili
Rekomendasi
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Cerpen
Malam Dingin di Cigigir
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Flash
Ternyata Aku Masih
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Flash
Mencari Kacamata
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar