Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Janji Santiago
11
Suka
14,968
Dibaca

Santiago bukan anak yang cerdas. Malah, boleh dibilang, di kelas dialah yang paling bodoh. Jika anak lain bisa mengerti dengan sekali baca, dia membutuhkan usaha sebanyak lima kali lipatnya—meski seringkali juga tidak memadai. Di ruang belajar, dia selalu kelabakan mengikuti irama kelas yang baginya serba cepat, rumit, dan memusingkan. Dia hanya mencatat apa yang ditulis di papan dan menyalin segala yang didikte—tanpa tanda baca, kecuali jika disebutkan mana titik, mana koma, dan mana titik koma. Pernah, dia kebingungan mendapati tiga tanda tambah (+ + +) dalam catatannya yang sesuai dengan goresan kapur di papan tulis. Setelah bertanya kepada guru, barulah dia mengerti, itu adalah kata ‘tertentu’ yang disingkat jadi “ttt”, bukan + + +. 

Santiago bukan anak yang sehat, tidak pula pintar berolahraga. Alih-alih bermain bola di lapangan berumput layu, Santiago lebih memilih duduk di bangkunya dan mengulang pelajaran yang baru dicatatnya. Sering benar dia kebingungan. Ini maksudnya apa, dan kenapa bisa begitu? Kepada temannya dia ingin bertanya, tapi takut, karena kerap disebut ‘bodoh!’ atau ‘aduh, begitu saja tidak bisa?’ tanpa sekalipun menawarkan bantuan. Para guru pun tidak jauh berbeda. Karena ibunya selalu pulang larut, dia tidak tega meminta pertolongannya. Dia selalu menanti ibunya di ruang tamu dengan buku-buku berserakan di meja. Namun, karena tidak kuat menahan kantuk, dia kadang tertidur. Paginya, dia selalu terjaga di kamar dengan tangan ibu yang lembut dan berbau pulen nasi melekat di pipinya.

Jika boleh menyebutnya sebagai suatu kelebihan, satu-satunya bakat yang dimiliki Santiago adalah ketekunannya. Tadi sudah dikatakan, bahwa dia membutuhkan usaha lima kali lipat untuk memahami sesuatu yang dapat dipahami anak lain dengan sekali baca. Dan, itulah yang tepatnya dia lakukan. Dia sudah berusaha hampir sepanjang hidup dan belajar dengan sungguh-sungguh. Dia tidak keberatan tidur larut dan bangun lebih pagi untuk mengejar ketertinggalan. Dengan semangat membara, dia tidak mau kalah dengan teman-teman sekelasnya yang usianya lebih muda dua-tiga tahun darinya. Setiap luang, dia membaca buku catatannya, meski hanya satu paragraf. Dia mengurung diri di kamar hingga lupa makan. Ibunya sering mengantarkan makanan untuk menyemangatinya diam-diam. Santiago ingin membuktikan kepada ayahnya yang pergi semenjak dia didiagnosa kelainan mental, bahwa dia bisa menjaga ibu dan membahagiakannya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Skrip pertama dari hati untuk mimpi
UBI Master
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Novel
STORY OF FRIENDSHIP
Rahmanur Mumpuni
Novel
Bronze
Sejak Mimpi tak Lagi Mimpi
Choirunisa Ismia
Novel
Gold
Perfect Mistakes
Bentang Pustaka
Skrip Film
Selingkuh
M Fadly Hasibuan
Skrip Film
Bunda, Di Rumah Saja
Monica Petra
Skrip Film
Perjalanan Bukan Pelarian
Muhammad Iqbal Hanifah
Cerpen
Tergiur Bunga
Kinanthi (Nanik W)
Novel
Tentang Suratan
Nadiya
Skrip Film
Aku, Kamu, Dia , dan Mereka Adalah Kita
Neo Kaspara Widiastuti
Flash
Yellow #1
Adel Romanza
Cerpen
Bronze
Putri Penenun Bintang
Kemal Ahmed
Novel
Manusia-Manusia Naif Penantang Mara Bahaya (Inspired by True Stories)
Rainzanov
Novel
Don't Fall Away
Zha Erza
Rekomendasi
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Novel
Di Antara Kelahiran dan Kematianku, Ada Kamu sebagai Hidup
Rafael Yanuar
Cerpen
Kunang-Kunang di Jendela
Rafael Yanuar
Flash
Di Perpustakaan
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Cerpen
Catatan Harian Pak Treng
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Flash
Layang-Layang
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Novel
Perjalanan Semusim
Rafael Yanuar
Cerpen
Kisah Rubah
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar