Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Clair de Lune
8
Suka
6,425
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Garis-garis gerimis menetes lembut saat aku melihat Bulan berdiri di bawah tiang lampu. Dia menengadah memandang langit. Pendar merkuri membasuh wajahnya. Saat aku menghampirinya, dia memandangku.

Hai, mau ke mana?

Aku mengangkat bahu, lalu berdiri di sampingnya. Bulan mendekat. Setetes cahaya menghias langkah kecilnya. Aku selalu terpesona dengan caranya berjalan—seperti menari. Dia mengenakan gaun kuning panjang dan tudung mantila seputih salju. Tidak terlihat perhiasan apa pun kecuali matanya yang teduh.

Kebiasaanmu sungguh aneh, dia menutup mulutnya untuk menyembunyikan tawa. Sementara yang lain berlindung di balik selimut saat hujan hujan mulai turun, kamu malah pergi jalan-jalan.

Aku menawarinya payung. "Kamu sendiri malah berdiri di bawah tiang lampu, bukan menghias langit seperti malam-malam sebelumnya."

Bulan mengamit lenganku dan menyandarkan kepala di pundakku, membuat langkahku jadi gugup. Aku ingin menghiburmu, katanya. Kau terlihat kesepian.

Sudah pukul sepuluh malam ketika kami melangkah di sepanjang trotoar. Senyap mengisi seluruh kota. Meskipun dingin menusuk kulit, kami tidak merasakan gigil. Seperti biasa, ketika bersamanya, jantungku berdenyut lembut, aroma tubuhnya menenangkan pikiran. Dengan langkah seiring, kami genggam gagang payung bersama. Tangannya yang mungil menangkup tanganku.

Apa yang biasanya Bulan dan manusia bicarakan saat bertemu? dia tiba-tiba memandangku dan bertanya.

"Entahlah, biasanya kami hanya diam dan memandangmu penuh damba."

Dia menjulurkan jarinya untuk merasakan tetesan hujan membasahi telapak tangannya. Tapi bukankah begitu pun menyenangkan? Berjalan berdua, tanpa memusingkan harus menyampaikan apa. Lagipula, kata-kata hanya membuat kita tak lagi menikmati saat ini. Kata-kata menciptakan waktu. Dan waktu membentuk pertemuan—dan karenanya menyebabkan harapan, lalu harapan menghancurkan segalanya menjadi keping-keping.

Dia benar. Jadi, kami pun berhenti bicara.

Tak butuh waktu lama, kami sampai di persimpangan. Aku memintanya membawa payungku, tapi dia menolaknya.

Kau kan tahu, aku tak akan basah sekalipun kehujanan.

“Tapi aku memaksa.”

Dia melambaikan tangan sambil memainkan payung yang disandarkannya di bahu. Bye-bye, katanya.

"Sampai bertemu lagi."

Aku menyenandungkan Over the Rainbow, lalu menyembunyikan tanganku di saku. Seraya bernyanyi di sepanjang trotoar yang kosong, aku merasa lukaku terobati. Betapa Bulan sudah berbaik hati menghiburku. Dalam hujan yang semakin rapat, aku tak lagi peduli kau tak ada di mana pun. Aku hanya ingin bernyanyi hingga air mataku tak lagi mengalir.

Di suatu tempat di seberang pelangi

jauh dan tinggi

ada tempat yang pernah kudengar

hanya dalam buaian.

 

Di suatu tempat di seberang pelangi

langit selalu biru

apa pun yang berani kauimpikan

menjadi nyata di situ

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Novel
Bronze
Ritme
icitbilala
Cerpen
Bronze
MENJEMPUT IMPIAN
Citra Rahayu Bening
Novel
Bronze
REHAT
Angela L Maharani
Komik
is this a cliché story?
Ratu Tiara Jayaputri
Flash
Terahasia
Donquixote
Novel
Bronze
Hidroponik Cinta
Julieta Syakur
Novel
Bronze
LONG DISTANCE
Farida Ilma
Novel
Bronze
Aku Lupa Cara Membencimu
Little Zombie
Flash
Orang asing bercerita
Lentera jingga
Novel
Bronze
PERANG SUDAH BERAKHIR
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
Miracle When Sunset
Dyah Ayu Lestari Ginting
Novel
Gold
Habibie Ya Nour El Ain
Bentang Pustaka
Novel
but, i will miss you
Da.me
Novel
Gold
Dear Heart, Why Him?
Bentang Pustaka
Rekomendasi
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Flash
Upaya Sederhana Memaknai Kenangan
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Bronze
Gadis Kecil Berkaleng Kecil
Rafael Yanuar
Novel
Gerimis Daun-Daun
Rafael Yanuar
Flash
Secangkir Teh
Rafael Yanuar
Cerpen
Catatan Harian Pak Treng
Rafael Yanuar
Flash
Warna Pelangi
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Flash
Manusia Pertama
Rafael Yanuar
Cerpen
Hujan yang Arif Tahu Kapan Harus Turun
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Flash
Dunia dalam Tas
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Cerpen
Racau
Rafael Yanuar