Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Clair de Lune
8
Suka
6,194
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Garis-garis gerimis menetes lembut saat aku melihat Bulan berdiri di bawah tiang lampu. Dia menengadah memandang langit. Pendar merkuri membasuh wajahnya. Saat aku menghampirinya, dia memandangku.

Hai, mau ke mana?

Aku mengangkat bahu, lalu berdiri di sampingnya. Bulan mendekat. Setetes cahaya menghias langkah kecilnya. Aku selalu terpesona dengan caranya berjalan—seperti menari. Dia mengenakan gaun kuning panjang dan tudung mantila seputih salju. Tidak terlihat perhiasan apa pun kecuali matanya yang teduh.

Kebiasaanmu sungguh aneh, dia menutup mulutnya untuk menyembunyikan tawa. Sementara yang lain berlindung di balik selimut saat hujan hujan mulai turun, kamu malah pergi jalan-jalan.

Aku menawarinya payung. "Kamu sendiri malah berdiri di bawah tiang lampu, bukan menghias langit seperti malam-malam sebelumnya."

Bulan mengamit lenganku dan menyandarkan kepala di pundakku, membuat langkahku jadi gugup. Aku ingin menghiburmu, katanya. Kau terlihat kesepian.

Sudah pukul sepuluh malam ketika kami melangkah di sepanjang trotoar. Senyap mengisi seluruh kota. Meskipun dingin menusuk kulit, kami tidak merasakan gigil. Seperti biasa, ketika bersamanya, jantungku berdenyut lembut, aroma tubuhnya menenangkan pikiran. Dengan langkah seiring, kami genggam gagang payung bersama. Tangannya yang mungil menangkup tanganku.

Apa yang biasanya Bulan dan manusia bicarakan saat bertemu? dia tiba-tiba memandangku dan bertanya.

"Entahlah, biasanya kami hanya diam dan memandangmu penuh damba."

Dia menjulurkan jarinya untuk merasakan tetesan hujan membasahi telapak tangannya. Tapi bukankah begitu pun menyenangkan? Berjalan berdua, tanpa memusingkan harus menyampaikan apa. Lagipula, kata-kata hanya membuat kita tak lagi menikmati saat ini. Kata-kata menciptakan waktu. Dan waktu membentuk pertemuan—dan karenanya menyebabkan harapan, lalu harapan menghancurkan segalanya menjadi keping-keping.

Dia benar. Jadi, kami pun berhenti bicara.

Tak butuh waktu lama, kami sampai di persimpangan. Aku memintanya membawa payungku, tapi dia menolaknya.

Kau kan tahu, aku tak akan basah sekalipun kehujanan.

“Tapi aku memaksa.”

Dia melambaikan tangan sambil memainkan payung yang disandarkannya di bahu. Bye-bye, katanya.

"Sampai bertemu lagi."

Aku menyenandungkan Over the Rainbow, lalu menyembunyikan tanganku di saku. Seraya bernyanyi di sepanjang trotoar yang kosong, aku merasa lukaku terobati. Betapa Bulan sudah berbaik hati menghiburku. Dalam hujan yang semakin rapat, aku tak lagi peduli kau tak ada di mana pun. Aku hanya ingin bernyanyi hingga air mataku tak lagi mengalir.

Di suatu tempat di seberang pelangi

jauh dan tinggi

ada tempat yang pernah kudengar

hanya dalam buaian.

 

Di suatu tempat di seberang pelangi

langit selalu biru

apa pun yang berani kauimpikan

menjadi nyata di situ

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Bronze
Sang Putri dan Pangeran Pujangga
Ayu Anggun
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Novel
Kembali kepadamu
Hani nikita br perangin angin
Novel
Bronze
IKRAR (rahasia hati & berlabuhnya rasa)
Bian
Novel
Gold
The Silent Wife
Noura Publishing
Novel
Bronze
I'm First
Karin Vayra
Novel
Bronze
Destin
Rizka Ayu
Novel
Bronze
Gamo No Yes!
Ariska Delpi
Novel
Bronze
Miss Ambitious
D Sugisan
Novel
Bronze
Romantika Cinta Dinar - Buku-1
TOTO M. RIANTO
Novel
Lady Bug
AdityoWahyu
Cerpen
Bintang Mariska Bulan Dua Belas
Shinta Larasati
Novel
Diary of The Unspoken
Chanira Nuansa Bunga
Novel
Airlangga Romance in Highschool
Tari Oktavian
Novel
Gold
#Berhentidikamu
Mizan Publishing
Rekomendasi
Flash
Clair de Lune
Rafael Yanuar
Novel
Jalan Setapak Menuju Rumah
Rafael Yanuar
Flash
Janji Santiago
Rafael Yanuar
Flash
Jalan Sepajang Malam
Rafael Yanuar
Cerpen
Penenun Pelangi
Rafael Yanuar
Cerpen
Gubuk Kecil di Kota Kuning
Rafael Yanuar
Flash
Lukisan Rendra
Rafael Yanuar
Novel
Kesempatan Kedua
Rafael Yanuar
Flash
Setelah Gelap Datang
Rafael Yanuar
Cerpen
Catatan Harian Pak Treng
Rafael Yanuar
Cerpen
Sofia
Rafael Yanuar
Flash
Lebih dari Cukup
Rafael Yanuar
Novel
Sampai Jumpa Besok
Rafael Yanuar
Flash
Penulis Paling Berbakat di Dunia
Rafael Yanuar
Flash
Ding Dong, Bioskop, dan Kafe
Rafael Yanuar