Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Di Sisa Waktu Ibu
5
Suka
5,707
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Beberapa bulan lalu, di usia yang kedua puluh lima aku lulus dan resmi menjadi pengangguran. Agar tidak melulu direcoki orang-orang soal statusku, aku berusaha mencari pekerjaan.

Namun tentu saja mencari pekerjaan bukanlah hal mudah, terutama di tengah pandemi yang entah kapan akan berakhir ini. Selain itu, keterampilanku juga tak begitu mumpuni.

Setelah menghabiskan lebih dari enam bulan menjadi manusia tidak berguna, akhirnya aku berhasil mendapatkan pekerjaan kantoran dengan gaji pas-pasan. 

Sebenarnya, sempat ada beberapa tawaran menjadi penjaga toko baju, toko fotocopy dan guru paruh waktu di tempat kursus. Namun aku terlalu bangga dengan status sarjanaku sehingga merasa malu jika harus bekerja seperti itu. Lagi pula, pekerjaan yang demikian, kurasa, tidak akan membuat ibuku bangga.

***

Hari ini, akhirnya aku mendapatkan gaji pertama. Aku menabung sebagian dari pendapatan, membayar tagihan, dan menyisihkan sedikit untuk sedekah. Sisa sedikit, tapi tak apa. Cukuplah untuk membahagiakan ibu. 

Sudah lama aku ingin memberikan sebagian dari gaji pertamaku pada ibu. Tapi ibu tak akan mau, karena ia tahu penghasilanku belum seberapa. Jadi, aku memutuskan menggunakan uang itu untuk mengajak ibu makan di restoran enak.

Kini ibu ada di depanku. Terlihat canggung. Jelas tidak terbiasa. Tangannya gemetar memegang sendok dan garpu, entah karena sakitnya kambuh atau sekadar gugup. 

Aku menatap ibu. Meruminasi hari-hari di masa lalu. Bayangan ibu yang selalu menjagaku sedari aku masih bayi, menghidupiku sepenuh hati, membuatku demikian sedih. Mataku memanas. 

Kusadari tatapan para pengunjung restoran mengarah ke ibu, yang masih berkutat dengan garpu.

Perlahan, aku meraih sendok di tangan ibu lalu melakukan hal yang selama ini sangat jarang kulakukan. Menyuapi ibu yang kini terlihat seperti bayi.

Aku tersenyum puas.

Kuharap, masih ada banyak waktu tersisa untuk membahagiakan ibu.

***

“Hei, tunggu!” Seorang pramusaji mencegat temannya. “Kau lihat pengunjung di meja nomor dua?” 

“Meja dekat jendela?”

“Iya. Bagaimana ini? Aku takut melihat dia bicara sendiri. Apa dia gila? Haruskah kita mengusirnya?”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Potret Bintang
Stella Vania
Flash
Di Sisa Waktu Ibu
Jauza M
Novel
Gold
Arah Musim
Bentang Pustaka
Novel
Senja di Langit Ancala
Andita Rizkyna N
Novel
Bronze
in my delusion
Nadia Nurulaini
Novel
Tumblr Light
Pebio Maldini Putra
Novel
Dear, diary
Liepiscesha
Flash
Dua Puluh Anak
Aprillia Ramadhina
Novel
Gold
PBC Holidays
Mizan Publishing
Novel
You're My Blue
Risma Nur'aeni
Novel
Bronze
halunation
Zaura J
Novel
Fragmen
Hana
Flash
Bronze
BELAJAR IKHLAS
Rahmayanti
Flash
Bronze
Epitaf
B12
Novel
Bronze
10% : Sepuluh Persen
Hendra Setiawan
Rekomendasi
Flash
Di Sisa Waktu Ibu
Jauza M
Novel
Bronze
The Breakup Notes
Jauza M
Novel
Pasar Orang-Orang Mati
Jauza M
Flash
Rumpang
Jauza M