Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
MARTIAL MUSIC ARTS
6
Suka
5,772
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kabut yang menyelimuti gedung-gedung di seberang semenanjung Kowloon, menjadi gambar latar sendu sore itu. Udara hangat-sejuk berhembus lirih, mengiringi Kanda Hastama memasuki area utama, ruang konser terbuka yang telah kelilingi penonton dengan gemuruh tepuk tangan selama sekitar 1 menit. Kanda berhenti tepat di titik tengah, memejamkan mata selama beberapa detik. Tepuk tangan reda sepenuhnya, nyaris serempak, saat Kanda Hastama mulai menaikkan biolanya ke arah bahu. Seketika dalam satu hentakan napas kuat, gesekan senar biola dan busurnya memecah senyap.

Kina menahan napas.

Musik penutup konser biola Kanda Hastama yang berkolaborasi dengan martial arts kali ini, seperti angin bertiup kencang. Menghentak. Detail. Notasi berkelindan dalam tempo cepat. Getaran emosi dalam membara, kemudian mengalir lambat. Lirih. Seperti udara pagi melewati sebongkah matahari. Menemani helai daun musim gugur yang jatuh.

Dari arah kiri seseorang berjalan perlahan memasuki area spot light.

Kina merasa sesak sepenuhnya.

Pria itu, Liam.

Pria yang ia jumpai pada acara after party usai konser tunggal Kanda di Wanchai tadi malam. Kina telah menduga Liam berasal dari salah satu kelompok bela diri mengingat acara itu hanya untuk tamu undangan. Namun tak menyangka Liam salah satu penampil utama. Kina sendiri hadir sebagai pemenang kompetisi menulis konsep konser Maxi Hunt sore itu.

Konsep yang selalu ia impikan namun lalu ia ragukan.

“Martial arts memeluk elemen sehari-hari, dan meninterpretasikannya dalam gerak.”

Kina teringat ucapan Liam semalam, saat Liam mengetahui Kina sempat ragu dengan keberhasilan konser sore itu. Terutama setelah penggemar musik Kanda disuguhi permainan spektakuler Kanda pada konser biola tunggal malam sebelumnya.

“Kanda menginterpretasikan petrikor ke dalam notasi, maka dalam martial arts makna petrikor dieksplorasi dalam gerak.”

Kanda tampil melampaui tataran teknik. Eksplorasinya mendalam dan selalu tepat dalam menumpahkan emosi sekaligus menahannya. Liam menunggangi setiap birama dengan gerak yang pasti. Baik notasi maupun jeda, semua melebur dalam kompleksitas gerak, seperti yang ia jelaskan pada Kina malam sebelumnya.

“Circular Motion – fleksibel, upaya kecil memberi dampak besar, harmoni dengan lawan, dengan dua elemen penting, yaitu kecepatan dan pengaturan waktu.”

Musik dan gerak keduanya melebur pada dimensi lain. Liam bergerak dalam keheningan magis berenergi bersama alam, menginterpretasikan kejatuhan, penerimaan, kebangkitan, dan kebebasan.

Kina menemukan dirinya membeku pada setiap gerakan itu.

Pada bagian akhir, mata Kanda terpejam. Tangannya terhenti di udara. Napasnya terhembus perlahan hingga dengung terakhir senar. Liam menutup gerakan selirih udara terakhir tanpa sendat. 

Seluruh penonton, awan berarak, dan riak air seakan membeku beberapa saat. Kanda menurunkan tangan setelah senyap seutuhnya mengambil alih. Liam membuka mata.

Untuk terakhir kali seisi tempat itu pecah tepuk tangan membahana.

           

“Jangan pernah lagi ragu dengan impianmu.”

Kina membalikkan tubuh. Tercekat. Liam menatap lekat.

“Kamu tahu aku menulis konsep ini!?” Kina terhenyak.

Liam menangguk pasti, “Dari percakapan kita semalam. Bukan hanya suara dan kata-katamu yang aku dengar. Aku melihat matamu. Kesadaran tidak hanya hadir pada suara atau musik, namun juga gerakan, bukan?”

Liam tersenyum hangat. Jenis kehangatan yang berbeda dari udara pagi atau angin pelabuhan. Bukan juga seperti minuman yang mereka sesap malam sebelumnya saat hujan. Namun rasa hangat lain seperti yang kini menyusup di hati Kina.

Bergerak seperti puisi. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
apik. sayang kalimat-kalimatnya mungkin cuma dipahami 100 persen sama kelompok tertentu saja. 🎻🥋🎻/ 🎻🥋🎻🥋🎻 alias 3/5 dari saya. 🙏
Apa sih karya mbak Andine yang tidak menghangat? 🥰 sukaaaaa banget. ❤
dipersembahkan untuk Uncle Noorman Widjaja, uncle Eddy Widjaja, dearest Iskandar Widjaja, dan beloved Max Huang (Maximilian Widjaja). kalian semua maestro dan prodigy! love, Andine. Terima kasih atas seluruh inspirasi dan kehangatan ini 🥰
Rekomendasi dari Romantis
Flash
MARTIAL MUSIC ARTS
andina
Novel
Bronze
A3
Desti faujiah
Novel
Bronze
Aku Dan Kamu Menjadi Kita
dianfafa
Novel
Bronze
Kabut Merah
Mawar Khadijah
Novel
that moment when you realized you're (not) in love
kvease
Novel
Bronze
Cinta Ini Rasa Itu
SURIYANA
Novel
PUTRI SENJA DAN REMAH ROTI
Mr. Balderdash
Novel
Bronze
This doll is my Girlfriend
Lusi permata sari
Novel
Pengantin Mahasiswa
Fiksi Hujan
Novel
Gold
Heart Shaped Tears
Noura Publishing
Novel
Gold
Shea
Bentang Pustaka
Novel
Gold
The Coffee Memory
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Just Friend
Ghina nauvalia
Novel
Deal, ya!
Salwaa Roudlootul
Novel
Bronze
IMY Grandma
Afifah Muthiah Unga waru
Rekomendasi
Flash
MARTIAL MUSIC ARTS
andina
Novel
Bronze
R A
andina