Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Komedi
Ratih Dan Kereta Pagi
2
Suka
10,428
Dibaca

Kereta ini mengangkutku seperti barang rombeng: mematung dan kaku. Satu jam lamanya bertahan dari desak orang-orang berpunggung tinggi dan usikan tangan-tangan cabul menjadi kebiasaanku saban hari. Sepagi apapun aku datang di antara orang-orang, dudukan akan selalu diisi ibu-ibu yang beberapa di antaranya super tega dan ganas. Bila aku tak mengalah dengan yang lebih tua, aku akan diviralkan, lanjut dikritik masyarakat dan menjadikanku sasaran serapah sebagai contoh dari generasi sampah. Kejam betul!

Aku tak akan mengulangi apa yang terjadi pada Ratih, teman sekantorku yang nyentrik itu. Ia hanya ketiban sial bertemu dengan orang setres kambuhan dan moodnya yang kacau membuatnya mau berulah untuk meladeni keributan absurd itu. Perkara tempat duduk siapa cepat bakal dapat tak berlaku lagi, dan dia harus mengalah karena sadar menjadi tontonan banyak orang.

Bila kupikir lagi, ingin sekali kugigit jempol-jempol nakal yang mengatainya kala itu satu persatu. Layar gepeng membuat orang bisa dengan biasa bersikap norak. Orang bodoh yang berkerumun dan tutup mata tanpa ampun menghajar orang lain dengan verbal yang bengis, tanpa memakai pandangan yang adil. Lingkungan yang menyeramkan.

Ratih memang bermental baja. Komentar pedas sekalipun hanya dianggapnya angin lalu. Seakan dunianya orang-orang tak bisa menarik minatnya untuk peduli. Dia mahir berbodo amat, pun pada penampilannya yang cenderung terlalu biasa untuk ukuran manajer dengan tiga bawahan. Dia juga masih setia berkereta dan berjibaku dengan kelelahan, meski dia tak kekurangan uang sepertiku.

Parfum murahan yang kupakai ini kemudian membangunkan lamunanku tentang Ratih. Kuendus wanginya yang melebur bersama ketiak-ketiak pagi seperti kelelahan lembur hingga mandi pagi bukan sesuatu yang darurat harus dilakukan orang-orang.

Setiap pagi di gerbong ini aku akan melihat pikiranku melesat memikirkan bagaimana menghadapi omelan-omelan para rekan kantor, sejam setelah aku tiba di sana. Aku tak mungkin resign, sedangkan Ratih kini memilih jalan yang tak akan pernah kupilih itu. Dia akan resign lusa katanya, untuk persiapan menjadi caleg di kampung halamannya. Kami sekantor mendengarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dia memang tak mudah ditebak.

Aku melanjutkan lagi lamunanku yang lain sebelum kereta ini sampai di nerakaku

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Komedi
Flash
Mulas
Rifin Raditya
Flash
Ratih Dan Kereta Pagi
utamimi
Komik
Tolong Kami! Detektif Sekolah!
akanehikaru
Flash
Kamu Mau Tahu Apa Tidak?
Kiara Hanifa Anindya
Flash
Bronze
U P I L
John Baba
Flash
Kebiasaan Buruk
Impy Island
Komik
Komikecil Stories
edokomikecil
Cerpen
Mancing gaya. Ikan Raya
Bang Jay
Flash
Bronze
Balikan, Yuk!
Dewi Fortuna
Flash
Antropologi
Keita Puspa
Komik
BEBEH DAN BEBIH (Lika-liku laki bini)
Andy widiatma
Cerpen
Bronze
Mengejar Agus
krkawuryan
Komik
Sang Dewi
faith
Flash
Sebelum Dipanggil
hyu
Komik
Sendu Gurau
Goji
Rekomendasi
Flash
Ratih Dan Kereta Pagi
utamimi
Skrip Film
The Clueless Flower Buds
utamimi