Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Little Boy #01
5
Suka
5,745
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dahulu kala disebuah gubuk menetaplah seorang ibu bersama putra semata wayangnya. Ayah ntah kemana. Pergi atau sudah mati mereka tak tau pasti. Ibu sudah menjadi kepala keluarga sejak lama.

Sebagai wakil kepala keluarga, sang putra haruslah kuat. Fisik maupun hati. Ibu sayang dengan putra semata wayangnya. Pagi, siang, sore, petang, hingga malam, Ibu selalu menjaga sang putra setiap detiknya.

“Anakku, jadilah kamu laki laki yang kuat!”

Sang putra mengangguk pertanda paham. Ibu adalah harta karun satu satunya. Tak ada yang lebih penting dari pada ucapannya.

***

Sang putra jatuh tertimpa dahan pohon.

“Bangun!kata ibu.”

Dengan susah payah tubuh ringkihnya bangun mengangkat dahan pohon. Meninggalkan bekas luka lebam dibahu kirinya.

***

Hari yang sial ketika sang putra terperosok ke dalam jurang.

“Tak usah menangis, cepat bangun dan merangkaklah keatas!”

Tak ada alasan untuk berkata tidak.

***

Sang putra hampir menangis ketakutan karena anjing liar menghadang jalannya.

“Kau menangis? Cepat lawan, tunjukan kemampuanmu!”

Air mata adalah hal yang memalukan.

Bangun bangun dan bangun.

Manusia kuat hidup tanpa air mata. Begitu prinsipnya.

“Iya ibu.”

Apa ada kalimat lain yang bisa diucapkan sang putra?

Ibu adalah segalanya. Setiap jam, menit, bahkan detik. Bersama.

20 tahun berlalu. Putra kecil ibu sudah menjadi lelaki sebenarnya. Tubuh kecil ringkih berubah menjadi badan besar berisi. Bahunya bidang. Otot ditangan dan kakinya begitu jelas dan kekar.

Tubuhnya yang dulu pemdek terus tumbuh hingga melebihi tinggi ibunya.

Sedangkan ibu. Semakin tua tubuhnya semakin lemah. Sakit sakitan. Cekungan dipipinya semakin dalam. Kulit pucat dan semakin menyusut membuat urat uratya semakin terlihat. Rambut panjang hitamnya berubah menjadi putih dan terus berkurang jumlahnya.

Hingga akhirnya Ibu tiada. Meninggalkan putra tercintanya. Setidaknya dia pergi dengan hati yang lega karena putra kecilnya tumbuh kuat seperti keinginannya.

Lalu…

Bagaimana sang putra?

” ibu.. Kau pergi? Ada yang aneh. Ada sesuatu yang hilang. Makanan ku hambar. Tak berselera apapun walaupun hanya minum

Hampa

Aku tidak bisa tertawa. Hatiku tak merasakan apa apa. Bahkan aku tak menangis ketika kau pergi. Ibu, aku ingin duduk disampinng kuburmu. Tapi… Bagaimana caranya? Katamu aku harus tetap berdiri. Lihat aku sudah menjadi laki laki kuat. Apa ku bangga padaku?”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
SLTA Sederajat
Widia Ns.
Flash
Little Boy #01
Tanti Ardiana
Flash
Awan
Hariz Rizki
Cerpen
Natal tanpa Bunda
Rizky Siregar
Novel
Gold
Surat Misterius
Mizan Publishing
Cerpen
Perempuan Itu
Yuli Harahap
Novel
WARNA RASA DISETIAP HUJAN
Vy
Flash
Bronze
HALLO
Deeta Pratiwi
Novel
Bronze
Ditunggu Tuhan
Herman Sim
Novel
Bronze
Perayaan Cinta
gilang arum puspita
Flash
Memeluk Masa Lalu
Devi Wulandari
Novel
Gold
Jatuh Cinta ke Angkasa
Mizan Publishing
Flash
Menuduh Tanpa Bukti
C R KHAN
Cerpen
GEN
Maldalias
Novel
Kamu dan Bagian Dari Hujan
Fatimah Azzahra
Rekomendasi
Flash
Little Boy #01
Tanti Ardiana
Flash
Terlanjur #02
Tanti Ardiana