Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Rumpang
1
Suka
5,512
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

“Kita adalah dua orang yang saling mendoakan,

tapi tidak bisa dipersatukan.” - Unknown

Ada beban berat menggantung di udara. Sebagaimana yang mereka rasakan selama ini setiap kali bertatap muka, juga setiap kali diintai satu bayangan. 

Namun, jika biasa mereka cukup lihai dalam berpura-pura tidak menyadari, kali ini mereka harus memaksa diri menghadapi ... bayangan yang muncul dari satu hal paling dihindari tetapi selalu berhasil mengejar sejauh apa pun mereka berlari.

Bahkan jika ujung dunia ditapaki, tidak berarti mereka sudah memiliki tempat perhentian paling aman. Ke mana pun mereka bersembunyi, bayangan itu tidak akan pergi.

Ya. Rama dan Ghayda tidak bisa lepas. Dari satu bayangan abu-abu, gelap, besar, mengerikan yang wujudnya mereka munculkan dari ketakutan akan perpisahan. Bayangan itu bernama perbedaan.

Dalam kesunyian, bahkan sekadar helaan terdengar sangat mendebarkan. Kali ini, debar itu terasa berkali-kali lipat jauh lebih mengerikan.

“Bersama kamu ... semua terasa benar, meski itu salah menurut semua standar,” Ghayda bicara tanpa menoleh sedikit pun. Pandangannya ia pakukan jauh melewati kaca jendela. Jatuh di badan jalan. Tempat aneka keramaian mewarnai kehidupan.

Rama bergeming. Seolah ada tangan-tangan nirwujud yang bersekongkol untuk membekap mulutnya rapat-rapat. Mencegah sendi-sendinya untuk bergerak.

“Tapi ... kebenaran yang enggak sesuai standar tetap akan dihitung sebagai kesalahan.” Ghayda menggigit bibir. Berusaha menahan hujan dari sepasang mata yang kian berawan. “Iya kan, Rama?”

Rama menerawang, tidak berani menatap gadis di hadapan. Raut wajah lelaki itu makin kaku, kini nyaris tanpa ekspresi. Meski begitu, sesungguhnya dalam sebuah ruang bernama hati, Rama sedang tenggelam dalam riuh yang kian menggelisahkan.

Sesak.

Rama menarik napas dalam-dalam. Mencoba menenangkan diri. Menunggu sembari mempersiapkan hati. Sebab sebentar lagi, kalimat itu—sederet kalimat paling menakutkan—akan dilontarkan.

Pasti.

“Jadi ...,” Ghayda menarik napas panjang, menahannya sebentar sebelum kemudian melepaskan napas itu dalam satu embusan berat, bersama segala resah pun sesal yang bergelayut di hati. “Kita sudahi di sini.”

Mengalirlah. Satu ultimatum perpisahan. Melahirkan perpaduan dingin dan kesakitan. Rama tersentak. Ia sudah bisa menduga. Ia juga sudah bersiap sejak lama. Namun, mungkin ia harus menerima fakta bahwa ia tetap tidak akan pernah bisa terbiasa.

“Maaf, Rama. Aku enggak bisa lagi melanjutkan ini,” bisik Ghayda. Bisikan itu terlampau lirih. Seolah gadis itu sedang berusaha menyamakan frekuensi suaranya dengan sunyi di udara.”Kita enggak bisa.”

Sementara hati Rama meronta, rasionalitasnya melonjak girang.

Bagus! Bukankah perpisahan memang harus dilakukan oleh mereka yang tidak punya masa depan? Cepat atau lambat.

Namun, entah kenapa membayangkan ini akan jadi hari terakhir mereka sebagai sepasang yang saling memberi arti membuat hati Rama dicekit nyeri.

Sakit sekali.

Tidak peduli betapa keras hati menentang, berapa banyak kalimat yang meledak di kepala dan berusaha menemukan jalan keluar dalam bentuk suara, Rama tetap tidak bisa mengatakan apa-apa. Yang bisa ia lakukan cuma terus bungkam. Bahkan sampai Ghayda bangkit dan beranjak dari kursinya.

Malam merangkak diam-diam, menggantikan mega yang lingsir beberapa waktu silam. Dari pinggir jendela, Rama merenungi sepasang siluet fatamorgana yang sedang tertawa ceria di suatu tempat nun jauh di sana.

Rama menatap hampa, seperti raga tanpa jiwa.

Dan mungkin memang demikian.

Ia kini mati.

Jiwanya ... sudah pergi. 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Flash
Rumpang
Jauza M
Novel
Bronze
Di Antara Dua Bulan
MonicaLo
Novel
Singa yang Tersesat
diana primanita
Novel
Bronze
Mimpi yang Menjadikanku Sampah
Seli Suliastuti
Novel
Pabrik Bahagia
Ariyanto
Cerpen
TUKANG GOSIP
Voni lilia
Cerpen
Bronze
Hawa: Homoseksual sapien
Aneidda
Novel
Gold
Call Me Miss J
Noura Publishing
Novel
Gold
Surat Misterius
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Kutitipkan Wajahmu Pada Bulan (Edisi Cerbung)
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Bronze
Hai Bos
Tri Utari
Novel
Our Galaxy
Pyoo
Flash
Menonton Televisi
Afri Meldam
Novel
Black Pearl
Valencia Flavia
Novel
Bronze
Sekar yang Mekar di Kanvas itu
Inggita Hardaningtyas
Rekomendasi
Flash
Rumpang
Jauza M
Novel
Bronze
The Breakup Notes
Jauza M
Novel
Pasar Orang-Orang Mati
Jauza M
Flash
Di Sisa Waktu Ibu
Jauza M