Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Nama ku SUWANTO, biasa dipanggil WANTO. aku gak kayak BOIM si jomblo sok alim yang ujung-ujungnya nunjukkin titit ke calon istri dan mertua. Kalo aku sih alhamdulillah udah nikah. Istri ku seperti istri kebanyakan orang, cerewet iya, galak juga iya, tapi bukan itu yang ingin ku ceritakan. Peristiwa ku lebih sulit di jelaskan dari pada BOIM. seandainya kelen jadi aku bagaimana menjelaskannya”
Aku seorang petani dan juga peternak sapi, kejadian ini terjadi ketika aku sedang memerah susu sapi ku, sebut saja namanya “mawar”. Si mawar adalah sapi betina ku satu-satunya dan banyak susunya. uniknya, ketika aku memerahnya dari samping kepalanya selalu miring ke arah ku dan menjilati wajahku, “ni sapi apa anjing sih pikirku”
Jadi suatu hari aku memerahnya dari belakang, ketika ku pegang putingnya kaki kanan belakangnya menendang perutku, rasanya sakit sekali, untuk beberapa saat aku berhenti sejenak. Kemudian, aku melihat sebuah tali di samping kandang, ku ambil tali itu dan ku ikatkan kaki kanan belakangnya ke sebuah tiang, dan aku mencoba memerahnya kembali, kali ini kaki kiri belakangnya yang menendang perut ku. “Aaaagh” rasa sakitnya sama seperti yang tadi. Ku ambil lagi tali yang ada di situ dan ku ikatkan ke kaki kiri belakangnya di tiang sebelah kiri. Kini ku coba kembali memerah susunya, kali ini ekornya mengibas-ngibas kepalaku bermaksud menggangguku. Aku hanya diam dengan tingkah si mawar ini, ada-ada aja. Ku lihat disekitar tak tampak lagi seutas tali pun. Akhirnya ku lepas tali pinggangku dan kuikat ekornya dengan itu ke arah atas. Entah kenapa dia bergerak-gerak ketika ekornya ku ikat, akibatnya celanaku pun melorot kebawah. Pada saat itu lah istriku datang melihatku di kandang mawar. Dia terkejut karena melihat aku mengikat sapiku, sedangkan aku dalam posisi setengah telanjang karena celana yang melorot, maksud hati mengantarkan makan siangku, apalah daya kini makanannya jatuh terhempas ke tanah sangking terkejutnya dia.
ISTRI WANTO, “Aaaaahh.. apa yang abang buat ni??”
WANTO, “ini... ee.. ii.. inii.. ee.. gimana ya menjelaskannya??”